Mohon tunggu...
Rooy John Salamony
Rooy John Salamony Mohon Tunggu... Administrasi - Administratur. Penulis. Triathlete. Pecinta seni.

Saya kompasianer terverifikasi yang membuka blog baru karena lupa kata sandi.

Selanjutnya

Tutup

Atletik Artikel Utama

Semua Orang Bisa Triathlon

25 September 2019   20:28 Diperbarui: 26 September 2019   16:00 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.COM/NORMA GESITA)

Komunitas Triathlon Buddies Indonesia memiliki sesanti indah "semua orang bisa berolahraga triathlon" (anyone can Tri). 

Tetapi sejatinya, tidak semua orang bisa melakukan olahraga triathlon. Hanya mereka yang mau berkomitmen pada diri sendiri yang bisa dengan mudah kemudian berujar "anyone can Tri". Karena menjadi triathlete mensyaratkan satu hal mutlak: disiplin.

Newbie nekad
Bulan Januari 2018, saya mendaftar sebagai peserta event mini triathlon yang diselenggarakan oleh komunitas Triathlon Buddies sebagai bagian dari perayaan ulang tahun ke-6 komunitas triathlon terbesar di Indonesia itu. 

Berbekal ilmu latihan hasil googling sana sini, saya memberanikan diri untuk tampil di ajang yang melombakan tiga cabang olahraga yang meliputi renang, sepeda, dan lari.

www.hotelaurora.org
www.hotelaurora.org
Mini triathlon sendiri merupakan event triathlon yang dirancang untuk meningkatkan animo masyarakat pada olahraga ini. 

Disebut mini karena jarak tempuh tiap matra lomba dimodifikasi sedemikian rupa sehingga semua pelaku pemula (belakangan teman-teman angkatan 2019 menyebutnya minions) bisa melakukannya.

Seorang minion harus menamatkan 400 meter jarak tempuh renang, 21.000 meter jarak tempuh sepeda dan 5.000 meter jarak tempuh lari.

Pada hari pelaksanaan lomba saya menemukan bahwa melakukan ketiga olahraga ini pada waktu bersamaan adalah hal yang berbeda dari melakukan nya secara terpisah. Saya mempersiapkan diri saya tiga bulan dengan merancang jadwal latihan mingguan. 

Hari selasa, kamis dan sabtu saya berlatih lari 3 Km. Hari Rabu saya berlatih sepeda sejauh 21 Km. Hari jumat saya berlatih renang sejauh 600 meter. Tetapi pada saat lomba, porsi latihan itu nampak belum cukup mengantar saya ke garis finish secara perkasa.

Acara renang 400 meter dilakukan di kolam renang dimana tiap peserta wajib menamatkan 8x50 meter panjang kolam. Saya naik dari kolam dengan nafas berkejaran lalu berlari menuju transition area untuk mengambil sepeda.

Setelah membuka swimming cup dan swim goggle, peserta wajib mengenakan helm, sarung tangan, dan sepatu sebelum siap bersepeda. Saya melakukan hal yang sama. 

Kemudian saya dengan penuh semangat mengayuh sepeda mengejar peserta lain yang telah lebih dulu berada di lintasan sepeda. Sayang, semangat saya hanya memberi energi pada 4 putaran track sepeda. 

Sisa 2 putaran saya lalui dengan perjuangan melawan beratnya kaki yang sudah digerayangi rasa capek. Saya mengakhiri sesi sepeda dengan wajah serasa merah terbakar, meski saya sadar bahwa kulit saya sebenarnya hitam.

Saya diberhentikan petugas pada garis bike dismount dan berlari menuntun sepeda memasuki transition area. Saya meletakan sepeda pada rak sepeda, lalu membuka helm, sarung tangan dan sepatu sepeda untuk selanjutnya mengenakan sepatu lari dan siap untuk menamatkan track lari sejauh 5Km. 

Terus terang, saya menamatkan lomba lari 5Km, 10Km dan 21Km sebelum turun di mini triathlon, tetapi kaki serasa melekat di aspal saat harus menyelesaikan matra lari setelah berenang 400 meter dan bersepeda 21 kilometer. 

Matahari jam 9 pagi terbahak-bahak memandang saya yang terlihat bodoh karena tidak lagi mengenal siapa kawan yang berteriak menyemangati.

Hanya karena alam berbaik hati dan panitia mini triathlon yang ramah menyediakan banyak nutrition station, saya akhirnya mencapai garis finish dan berhak menyandang gelar minion. 

Selanjutnya, seperti biasa, berlari ke tempat photo booth, mencari tulisan triathlon, menganggantungkan medali di leher dan mengabadikan moment indah tak terlupakan itu. Anyone can Tri? Mungkin... tapi tidak semudah diucapkan.

Berproses untuk Menjadi
Apakah saya berhenti sampai di situ? Tidak. Racun yang ditebar para senior dan teman seangkatan menyerang kesadaran secara tidak terduga. Godaan terbesar adalah bahwa minion belum dapat menyebut dirinya triathlete. 

Gelar triathlete baru dapat disandang jika seseorang menamatkan lomba triathlon yang sebenarnya. Kesadaran itu juga yang mendorong saya mendaftar menjadi peserta di Sungailiat Triathlon 2018. 

Keuntungan terbesar bagi saya dan teman-teman adalah bahwa komunitas Triathlon Buddies tidak berhenti pada aktivitas menggelar event.

Para pengurus, pelatih, dan para senior dengan senang hati membimbing para pemula dan mendampingi dalam proses menjadi seorang triathlete. 

Melalui group whatsapp diskusi dan sharing informasi dilakukan. Dari sana para pemula mempersiapkan diri melalui rancangan latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan. 

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam berlatih juga didiskusikan dalam percakapan group whatsapp. Komunitas bahkan menyediakan fasilitas latihan bersama, baik brick workout maupun open water swimming.

Saya sendiri harus berjuang menghadapi kondisi keseharian sebagai seorang pelayan masyarakat yang masuk kerja jam 08.00 pagi dan pulang kerja jam 17.00 sore hari dari hari senin hingga jumat.

Menghadapi ajang triathlon Sungailiat, saya membutuhkan durasi dan jarak latihan tiap matra yang lebih panjang dan lebih lama. 

Pada praktiknya, latihan berdurasi lama dan berjarak panjang hanya dapat dilakukan di ujung minggu. Jadilah saya bagian dari anggota weekend warrior. Mereka yang hanya bisa berlatih serius di ujung minggu.

Saya bersyukur, karena dengan segala kelemahan, saya pada akhirnya menamatkan Sungailiat triathlon 2018 pada nomor sprint distance dalam waktu tempuh 2 jam 4 menit 20 detik.

Waktu renang 750 meter adalah 27.50 menit. Waktu sepeda 20Km adalah 58.57 menit. Dan waktu lari 5Km adalah 27.57 menit. 

Setelah menamatkan Sungailiat Triathlon, saya benar-benar ekstasi terhadap cabang olahraga ini. Saya mencintai olahraga ini lebih dari apa yang pernah saya bayangkan sebelum bergabung dengan komunitas Tribudds.

Motivasi Para Suhu
Motivasi adalah elemen fundamental bagi triathlete pemula. Dalam soal ini para pelatih dan triathlete tingkat suhu adalah motivator ulung sekaligus pribadi menyenangkan yang ada di planet bumi. 

Coach Chaidir Akbar dari Tribudds memberi motivasi agar semua pelaku triathlon menetapkan komitmen pada diri sendiri. Komitmen itu adalah kesediaan untuk dengan rela dan sadar menempa diri dalam latihan. 

Porsi latihan tiap orang dapat berbeda-beda tergantung kebutuhan dan situasi. Tetapi disiplin diri untuk berlatih adalah hal yang utama.

Mbak Inge Prasetyo, triathlete Indonesia pertama di ajang Ironman World Championship 2017 menulis komentar di media sosial miliknya, "yang terpenting adalah disiplin berlatih. Kemenangan dalam lomba hanyalah hasil dari proses latihan."

Bagi saya pribadi, motivasi dan suntikan semangat yang diberikan oleh para triathlete senior mengubah semangat dalam dada menjadi harapan untuk terus menjadi baik dan baik dari waktu ke waktu.

Kemenangan kita, kata coach Idir bukan ditentukan dari kalungan medali di garis finish tapi ditentukan dari kekuatan mental kita untuk mencapai dan melewati garis finish.

Jika sudah sampai disini... kita semua sepakat... anyone can Tri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun