"Apakah yang dapat membuat kami mempercayaimu?"
"Tidak ada. Kalian tahu segalanya."
Ting!
Bunyi bel terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu monorel.
Rahab melangkah keluar dan berjalan ke pintu stasiun. Malam terlalu uzur untuk berpacu dengan langkah kakinya. Ia berlari ke arah casino. Tampak reruntuhan pilar kota bekas hantaman bahan peledak para penyusup sore tadi.
Matanya menyapu seluruh pelataran kota. Tidak tampak sesiapa. Sepi sekeliling. Tetapi kedipan indicator arlojinya semakin cepat. Ia kemudian memutuskan berlari ke batas kota, tempat dimana perisai matriks berakhir. Tempat terakhir ia melepas Guruh dan prajurit penyerta.
Langkah lari Rahab terhenti beberapa puluh meter sebelum batas kota. Empat bayangan manusia berdiri tepat di kedua sisi jalan raya. Ia mengenali dua dari keempat manusia di depannya.
"Aku meminta bantuanmu. Aku tahu, kamu akan menemukanku. Di bagian manapun dari kota ini." Guruh melangkah mendekati Rahab.
"Bukankah sudah kukatakan, bahwa kamu telah terlacak kamera dan menjadi buruan semua yang hidup di kota ini?"
"Aku meminta bantuanmu sekali ini saja." Guruh mengeluarkan kartun pesan yang diterimanya dari kakak iparnya. Disodorkannya kepada Rahab.
"Darimana kamu mendapatkannya?"Rahab bertanya.