Oh, siang. Tuturkanlah pada puan pembawa pelita. Langit cerlang di atas tak butuh api penerang jalan. Pada jiwa yang rindu akan cahaya. Biarlah raga diam dalam khusuk tapa dan sunyi pitutur. Mati segala hasrat. Membusuk semua ambisi. Sampai telinga mendengar degub detak jantung dan nada bisikan angin.
"Katamu semua sistem ini hanya menghamba pada tuannya?,"Menik meminta penjelasan.
"Itu kataku, Mbak," Guruh menjawab lirih.
"Apa maksudnya?"
"Dulu saat kuliah aku memiliki seorang teman. Kami cukup dekat. Meski dia datang dari keluarga sederhana, tapi selalu juara di kelas. Tepat semester sepuluh dia mengundurkan diri."
"Kenapa?"
"Dia bilang....aku tidak ingin bekerja untuk setan."
Menik menyelesaikan makannya dan meminta nota pembayaran. Pemilik restoran menghitung apa saja yang dimakan kedua kakak beradik itu, menulisnya pada sepotong kertas dan menyodorkannya kepada Menik.
"Pak, sini. Sama saya saja," tangan Guruh menyambut nota dari tangan penjual mie sebelum helai kertas itu dapat dicapai Menik.
'Makasih, Dik,"Menik menepuk punggung Guruh.
Keduanya keluar dari restoran dan masuk ke mobil Menik yang diparkir di tepi jalan raya. Keramaian lalu lintas kota semakin terurai bersamaan dengan waktu dimulainya sekolah. Karyawan swasta dan pegawai pemerintah masih berkelintaran di sepanjang jalan protocol kota, tetapi kepadatan berlengkesa.
Kantor tempat Menik bekerja tidak jauh letaknya dari restoran mie ini. Karena itu Menik mengendarai mobilnya perlahan. Meski begitu hatinya tetap menyimpan hasrat untuk mencari lebih banyak informasi dari Guruh. "Apa hubungannya sistem komputer dengan setan?"
"Dulu aku tidak paham maknanya. Aku pikir temanku radikal," Guruh menatap para tukang ojek yang berdiri di gang kecil.
"Sekarang?"
"Sekarang aku melihat, mendengar, membaca dan merasakan sendiri."
"Apa?," Menik berbelok ke kanan dan masuk ke halaman kantornya.
"Teknologi komputer digunakan untuk mengontrol manusia, menyebarkan informasi palsu, memanipulasi psikologi bahkan memodifikasi struktur DNA."
"Sepanjang bermanfaat untuk umat manusia, penggunaan teknologi tidak diharamkan."
"Sepanjang bermanfaat untuk umat manusia....,"Guruh mengulangi frasa itu dengan nada sinis.
"Manfaatnya kan kita nikmati. Kamu juga kan?"
"Itu tadi yang aku matur ke Mbak. Saat aku tahu ke arah mana semua ini akan berakhir, aku ingin berhenti. Sistem ini tidak melayani manusia. Sistem ini melayani tuannya."
"Tidakkah itu berarti kamu berlebihan?"
"Ya. Aku berlebihan. Waktu akan menguji. Sampai saat semua orang sadar bahwa Yuval Noah Harari tidak berkata tentang esok hari. Tapi hari ini."
"Apa katanya?"
"Tuhan akan diganti oleh teknologi, artificial intelligence dan modifikasi genetika."
"Akan, Dik. Akan,"Menik menurunkan tensi Guruh.
"Sudah, Mbak. Sedang. Semuanya ada di depan mata kita."
Menik menghentikan mobilnya tepat di pintu masuk kantornya. Ia menatap Guruh dalam-dalam. Bulan, bintang dan matahari serasa berputar di kepalanya. Guruh kini hadir sebagai pribadi yang hampir tidak dapat ia mengerti. Tetapi seperti kata suaminya,.....itu tidak berarti ia manusia aneh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H