Handoko sudah sejak setahun menekuni profesi sebagai pemburu batu akik untuk dijual ke pengepul. Untuk batu-batu yang dia dapat dari persawahan milik PTPN XI ini, ada pengepul yang datang membeli batu-batu yang Handoko dan rekan-rekannya dapatkan. Handoko juga membawa batu-batu dari Kalimantan yang dia punya, berharap ada penggemar batu akik yang tertarik.
Para pencari batu akik di Randuagung ini bukan hanya berasal dari daerah setempat, ada yang berasal dari Sumberbaru Jember dan beberapa daerah luar Randuagung Lumajang. Bisa dibayangkan persawahan yang biasa ditanami padi dan tebu kini menjadi sebuah pertambangan. Bukan lagi keasrian, namun bekas-bekas galian tak sedap dipandang.
Disebuah sisi, masyarakat mempunyai penghasilan baru dengan menjual batu akik. Namun disisi lain alam menjadi taruhan. Alam ada untuk dimanfaatkan, namun sesuai kebutuhan bukan keinginan. Alangkah lebih indah jika padi-padi tetap tumbuh menguning ketika sinar senja menyapa. Atau kalaupun keinginan untuk membeli batu akik tidak dapat tertahan, ada satu dijari diantara sepulu jari. Bukan memindahkan batu di alam disepuluh jari kita atau dibeberapa bagian tubuh lainnya. Bijak dalam memanfaatkan alam, akan menjaganya dari kerusakannya dan tentu menjaga seluruh isinya, termasuk kita.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H