Mohon tunggu...
Fitri Nofianti
Fitri Nofianti Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer

@rotanof

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mapala Jember In Action

25 April 2014   04:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Bumi 2014 Hari masih terlalu pagi, tapi tidak untuk aksi dihari bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April. 22 April tahun 2014 jatuh tepat hari Selasa kemarin. Meski masih pagi, mapala (mahasiswa pecinta alam) Kota Jember bersama organisasi kesenian, bem dan persma mulai sibuk persiapan untuk aksinya.

Persiapan Sejak pukul 06.00 mereka berkumpul di Universitas Muhammadiyah Jember. Ada yang mulai sibuk dengan cat hitam dan merah, saling membantu melumurkan warna ke badan temannya. Ada yang baru berdatangan dengan poster-poster bertuliskan pesan lingkungan. Ada yang paling sibuk memegang mikrofon untuk memberi kordinasi. “Ayo teman-teman merapat dulu, kita kordinasi sebentar. Kita pembagian siapa yang ada dibagian pembagian bibit, selebaran, pembawa poster, dan kain untuk tanda tangan. Untuk teman-teman yang tidak dibagian teatrikal, langsung gabung direplika saja ya. Salam Lestari!” Kordinasi dari kordinator, Febri Arisandi.
Pemberangkatan
Pasukan Jimbe Matahari masih hangat, debu jalanan tidak dapat beterbangan karena tanah masih basah akibat hujan selama sore hari. Jimbe mulai berdendang, dendangan yang terdengar mengancam. Orasi sepanjang jalan kadang harus terkalahkan bising kendaraan bermotor. Selebaran dan stiker mulai dibagikan kepada siapapun yang berpapasan dengan pasukan ini.
Aksi Tebar Sticker
Aksi Orasi Pasukan hari bumi telah sampai di titik pertama. Di pertigaan depan kantor radio Prosalina. Aksi yang dilakukan di sini adalah orasi dengan pembacaan puisi dan pembagian bibit. Setelah itu, pasukan kembali jalan menuju bundaran DPR. Melalui jalan Jawa, dan disepanjang jalan ada beberapa pasukan khusus yang membawa kantong dengan aksi bersih sampah. Begitupun para penyebar selebaran dan stiker yang terus beraksi.
Aksi Bersih Sampah Titik kedua tempat aksi adalah bundaran DPR. Matahari mulai sedikit naik, dua jam lagi sinarnya menyatukan bayangan. Replika batu emas diletakkan di tengah jalan. Pasukan masih ramah berada diposisi aksi masing-masing. Pembawa poster melingkari bundaran DPR. Pembawa kain 1000 tanda tangan ada di samping gedung DPR, sambil mencari masyarakat yang turut berpartisipasi memberikan tanda tangannya. Penyebar bibit, selebaran, press realease, dan stiker menyebar, menghampiri siapapun yang melewati bundaran DPR. Pasukan bersih sampah masih menggendong kantong yang mulai sesak oleh sampah. Pasukan teatrikal mencuri perhatian.
Aksi teatrikal Diawali dengan pembacaan puisi, dan aksi teatrikalpun dimulai. Dua orang yang menghias diri dengan daun-daun melambangkan pertanian yang pernah jaya. Tak lama, orang-orang yang telah diwarnai dengan cat hitam lambang duka datang. Menyerang dua orang berhias daun. Namun orang-orang penggambaran dari penyelamat yang tubuhnya diwarnai cat merah berbalik menyerang. Warna merah berarti berani menolak eksploitasi. Triatikal berakhir dengan bersatunya pasukan teatrikal untuk mengangkat bibit pohon yang menggambarkan kelestarian kembali.
Aksi Replika Batu Emas Eksploitasi itu merusak, pesan yang ingin disampaikan dalam teatrikal. Merusak pertanian yang pernah jaya karena tanah yang subur. Eksploitasi membuat pertanian tidak memiliki lahan dan merusak kesuburan. Eksploitasi menyebabkan banyak kerusakan pada pertanian di Jember. Tak kalah mencuri perhatian, orasi kembali dilantangkan. Orasi yang meminta pemerintah segera menyelesaikan RTRW (rencana tata ruang wilayah) Kabupaten Jember tahun 2011-2031. Bukan copy paste dari RTRW Kabupaten Kebumen dan Wonosobo yang pernah dilakukan, RTRW yang berpihak pada Jember jadi kota industri. Masyarakan Jember sebagian besar adalah petani. Kota dengan luas 3.293,34 km2 , ketinggian antara 0-3.330 mdpl, dan beriklim tropis dengan suhu 23oC-32oC ini dikelilingi pegunungan Argopuro dan Gunung Raung. Karena dekat dengan Gunung Raung, menyebabkan Jember mempenyai banyak gumuk bekas letusan Raung purba. Sehingga Kota Jember mendapat julukan kota 1000 gumuk. Banyaknya gumuk membuat kota Jember bagus untuk pertanian tembakau. Jember menjadi salah satu kota penghasil tembakau utama di Jawa Timur. Teatrikal dan selebaran dihari bumi ingin menyuarakan ini.
Aksi Pembagian bibit pohon
Aksi 1000 tanda tangan Aksi teatrikal dan orasi di bundaran DPR selesai, pasukan melanjutkan dititik terakhir yaitudouble way Universitas Jember. Hari benar-benar mulai terik. Beberapa pasukan berteduh, beristirahat meski hanya membasahi tenggorokan. Pasukan harus segera kembali memulai aksi. Aksi yang didampingi beberapa polisi untuk mengatur jalanan. Aksi pembagian bibit pohon yang masih tersisa dan 1000 tanda tangan. Acara selesai, para wartawan mulai mendatangai kordinator dengan beberapa pertanyaan.
Febri Arisandi menjawab pertanyaan dari jurnalis “Sosialisasi untuk menyadarkan masyarakat. Sekedar mengingatkan kepada pemerintah agar RTRW diselesaikan secepat mungkin." Jawab Febri saat mendapat pertanyaan tentang tujuan peringatan hari bumi.
Foto Bersama Diakhir Acara Peringatan hari bumi ditutup dengan sedikit pesan dan kesan dari kepolisian, dan ucapan terimakasih serta doa bersama yang dipimpin kordinator lapangan. “Salam lestari!” Salam yang terus bergema selama aksi dan menutup peringatan hari bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun