Di awal Januari lalu, sempat beredar berita yang mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan, bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan memimpin tim pemenangan Pilkada Partai Demokrat di seluruh Indonesia, yang jumlah totalnya mencapai 171 daerah.
Rencana ini layak diacungi jempol. Karena langkah tersebut akan membuat positioning AHY dalam kancah perpolitikan tanah air, akan semakin matang dan mengakar di daerah-daerah yang dia jelajahi.
"AHY akan jadi aset besar Partai Demoktat bersama-sama seluruh kader untuk main di 171 daerah. Saya kira dia yang mimpin (tim pemenangan Pilkada)," kata Hinca, Kamis (4/1/2018).
Ujung-ujungnya mudah ditebak, elektabilitas AHY, meminjam istilah Pak Jokowi, akan lebih meroket tajam. Masih ingat saat Indo Barometer merilis hasil surveynya di bulan Maret 2017? Yup, AHY hanya memperoleh elektabilitas 0,4%. Modal awal yang cukup baik.
Tapi saya yakin, AHY yang banyak menerima penghargaan karena berprestasi semasa berkarier di militer maupun jenjang pendidikan sipil karena kecerdasannya, tak akan puas hanya dengan "modal awal yang cukup baik". Kecerdasannya tentu tertantang bagaimana menaikkan elektabiltas dirinya.
Cara yang paling cerdas, menurut saya, saat tiba-tiba sosoknya muncul dengan meluncurkan sekaligus memimpin lembaga think tank bertajuk "The Yudhoyono Institut" (TYI), dan "AHY Foundation". Dengan lembaga tersebut, terlihat langkahnya semakin gencar tak terbendung untuk berkeliling penjuru nusantara. AHY pun semakin rajin memenuhi undangan menjadi pembicara dalam sesi kuliah umum. Beritanya bertebaran di hampir semua platform media sosial. Pun menyasar media nasional, juga media lokal di wilayah yang dikunjungi.
Langkah genuine itulah yang saya yakini menjadi cara menaikkan elektabilitas, dengan gaya yang cerdas, khas pemuda millenial jaman now. AHY mampu mengobarkan semangat mahasiswa untuk peduli tentang Indonesia masa depan, dengan proyek berlabel "Indonesia Emas 2045".
Di sini, AHY mengingatkan para pemuda untuk menyongsong masa keemasan Indonesia, yang biasanya ada di usia 100 tahun pasca kemerdekaan republik, pada tahun 2045, dengan langkah dan aktivitas yang positif, sesuai passion masing-masing. Menurutnya, pemuda di era saat inilah yang kelak akan menikmati masa keemasan republik tercinta, jika diisi dengan perbuatan positif.
Dan di sela-sela mengisi aktivitasnya dengan kuliah umum, dirinya rela "kulonuwun" kepada pemangku adat di wilayah tersebut. Gayanya yang humble saat bersilaturahmi, saya yakini sebagai 'adik yang berkunjung kepada kakaknya'.
Tanpa sungkan, AHY menyebut pejabat publik, tokoh masyarakat, atau tokoh adat yang ditemuinya, sebagai 'guru' politiknya, yang mesti ditemui sebelum dirinya masuk ke wilayahnya untuk memberi kuliah umum. Dan pernyataan tersebut terbit di sejumlah media lokal maupun nasional. Cara ini saya yakini sebagai langkah cerdas. Kenapa? Karena dengan begitu sosoknya akan diterima di semua kelompok, dengan baik.
Karena itu, AHY pun dengan ringan tanpa beban, bisa menemui siapapun, termasuk Presiden Jokowi, Habibie, prabowo, Pak JK, Anies Baswedan, hingga Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Apa yang didapat? Mengacu kepada hasil survei, trend elektabilitas AHY terus naik. Pada Oktober 2017, Polmark melansir hasil surveinya. Prosentase elektabilitas AHY Â mencapai 2,9 %, atau berada di urutan ketiga calon Presiden, lebih tinggi dari Cak Imin yang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Zulkifli Hasan (Ketum PAN).
Satu bulan kemudian, berdasar survei Indo Barometer terhadap 1.200 responden di 34 provinsi yang digelar sejak 15 sampai 23 November 2017.
Nama AHY muncul sebagai kandidat terkuat untuk mendampingi Presiden Joko Widodo sebagai Calon Wakil Presiden pada Pilpres 2019 mendatang. Dalam simulasi 8 nama melalui pertanyaan tertutup, elektabilitas AHY untuk mendampingi Jokowi menunjukan angka tertinggi, yakni mencapai 17,1 %.
Sampai di sini, apa yang dilakukan AHY selama ini saya yakini sebagai cara genuine, jitu, dan cerdas untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya. Sebagai anak muda, saya sangat mengapresiasi gayanya yang khas, gaya pemuda milenila jaman now.
Kecerdasan AHY berbanding lurus dengan apa yang sudah diraihnya. Salute!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H