Pada tanggal 17 April 2019 adalah moment bersejarah Indonesia dimana pemilihan umum dilakukan secara serentak untuk menentukan Presiden, wakil Presiden dan calon legislatif yang akan duduk di gedung wakil rakyat yang secara langsung di pilih oleh rakyat. Acara demokrasi ini sudah start pada pukul 07.00, jauh-jauh hari para petugas kpps sudah menyiapkan semua berkas-berkas pada malam harinya.Â
Saya sebagai warga negara Indonesia yang sudah cukup umur untuk menyumbangkan satu suara ikut serta di pesta demokrasi tersebut. Pada pukul 23.00 tepat nya masih di tanggal 16 april 2019 saya baru pulang kerumah dari tempat saya bekerja, biasanya pada jam segitu, saya masih melalak kemana-mana, nongkrong bersama teman di cafe-cafe disekitaran kota Medan, tapi karena pesta Demokrasi ini, saya sengaja pulang tepat waktu kerumah, agar kiranya esok hari saya bisa bangun lebih awal, dan bisa mencoblos di TPS.
Paginya saya bangun pada pukul 09.00, saya langsung bergerak selara saya membawa dompet saya yang berisikan KTP dan lain-lainnya menujuu TPS yang sudah disediakan oleh masyarakat. Kebetulan didaerah saya itu ada beberapa TPS, karena belum menerima surat undangan, saya langsung menuju TPS 59 dengan menggunakan sepeda motor saya dan mencari nama saya di kertas yang ditempelkan di dinding pengumuman, saya mencari-cari namun nama saya tidak ada disana, saya mencoba pindah ke TPS 58 yang tidak jauh, hanya cukup beberapa langkah saja, tetap nihil nama saya tidak ada. Â Saya mencoba pindah lagi ke TPS 60, 64, dan 68 dengan menggunakan sepeda motor saya dari TPS 59. Saya mencoba cari-cari nama saya di TPS tersebut, tetap tidak ada. Saya menyakini bahwa kemungkinan nama saya belum terdaftar di kecamatan tempat saya tinggal, karena saya masih tergolong baru didaerah tersebut.
Karena suara saya takut hilang, akhirnya saya mencoba mencari ke TPS 56 dengan menggunakan sepeda motor juga, tetap usaha saya sia-sia. Hari itu sangat panas, keringat sudah hampir membasahi disekucur tubuh dan wajahku, wajahku serasa terbakar oleh cahaya matahari pada saat itu.Â
Tapi semangatku tidak akan luntur, saya mencoba lagi mencari TPS lainnya, disekitaran daerah tersebut yang dalam pikiran saya, tidak akan mungkin nama saya ada disana, tetapi saya mencoba untuk cek langsung ke TPS 50, 48, dan tetap tidak ada. Â
Kemudian saya kembali ke TPS 56 dan berbicara langsung ke petugas berniat berdaftarkan diri saja, tetapi petugas nya bilang, antri karena banyak yang mendaftar disana. Saya mencoba menunggu, sepertiinya saya akan menunggu 3 jam lagi, dalam pikiran saya pada hari itu, dengan rasa ragu-ragu saya menunda mendaftar dan menuju ke TPS 52 dan 53.
Di TPS 52 saya mengalami putus asa, karena nama saya juga tidak ada disana, dan dalam batin saya merasa sedih, karena saya tidak bisa ikut serta dalam pemilihan. Dengan rasa pasrah, saya berjalan kaki menuju TPS 53, saya mencoba mencari dari no urutan 1, pada no urutan 38, nama saya ada disana, spontan saya langsung mengempalkan tangan dan mengucap YESS, nama saya ada. Pada hari itu, saya seperti lagi menang lotre karena hampir semua TPS yang saya jalanin nama saya tidak ada disana.
Saya langsung menuju ke petugas dan mendaftarkan diri memperlihatkan KTP saya, dan petugasnya mengisi sebuah daftar antrian, saya saat itu pada urutan 296 dan yang lagi proses masih di urutan 48.
Saya diminta untuk duduk ditempat duduk yang disediakan oleh panitia disana, saya melihat petugasnya kelelahan, dan mendengar bahwa mereka semalam sepertinya begadang untuk mempersiapkan semuua berkas-berkas dan sesekali mereka berkata, minum kopinya, minum kopinya.
Saya berfikir, mereka sudah ditugaskan oleh negara dan mereka memiliki tanggung jawab yang berat. Mereka kelelahan nampak terlihat dari mata mereka. Tapi mereka tetap bisa melayani dan tersenyum, sesekali masyarakat ada yang protes, tapi mereka bisa atasin. Â Lalu saya mencoba memohon agar saya dipercepat, karena saya masih akan bekerja pada hari itu, lalu petugas nya meminta langsung ke Bos nya saja, selara menunjuk petugas bawaslu yang lagi duduk disana.
Lalu petugas bawaslu bilang, tidak bisa, karena aturannya kita harus antri, tidak enak sama yang lain, tapi mohon bersabar ya, jika nanti ada yang kosong antrian, akan kami panggil. Saya menilai, mereka ini bekerja tidak bisa di intimidasi, mereka bekerja sesuai aturan yang sudah diterapkan.Â
Tidak lama semua pencoblosan telah usai, banyak berita bahwa banyak korban KPPS meninggal dunia, ratusan korban KPPS meninggal karena kelelahan membawa kotak suara karena medannya suatu daerah ada yang sulit, menghitung suara, dan menjaga kotak suara dari hal-hal yang tidak diinginkan. Saya sontak teringat pembicaraan petugas KPPS di TPS tadi siang, bahwa mereka benar-benar sangat bekerja keras dan kelelahan.Â
Untuk siapa mereka berkorban? untuk siapa mereka mengorbankan pikiran, waktu dan tenaga. Tidak lain, mereka mengorbankan nyawa demi menjaga demokrasi di Indonesia tetap terjaga, mereka pantas di sebut Pahlawan Demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H