Mohon tunggu...
Ronyrox Suhendra
Ronyrox Suhendra Mohon Tunggu... -

sang kerbau yang senang bekerja, dan petani adalah sahabat karibku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teh Tarik yang Hilang Rasa Manisnya

20 Februari 2011   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:26 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1298211622554689886

[caption id="attachment_90374" align="aligncenter" width="300" caption="gambar dari google"][/caption] Sore tadi, kebetulan hari minggu ini aku tidak keluar rumah (jalan2 + dagang), lalu terpikir untuk menikmati suasana sore dengan segelas teh tarik dan roko dikedai Cina yang tidak jauh dari rumah. Terhitung aku memang langganan makan dikedai itu, terutama ketika hari kerja dan pulang lambat (malam). Aku kekedai itu bukan semata-mata hanya untuk makan dan minum saja, tapi juga untuk bersilaturahmi dengan sodara2 perempuanku yang bekerja disana (pekerja dikedai Cina ini hampir seluruhnya orang Indonesia). Sesampai dikedai, aku langsung masuk dan duduk dimeja dekat tempat pembuatan minuman, dimana meja itu tempat istirahat  sodara2 perempuanku, dimeja itu sudah ada mba Siti yang sedang rehat dengan kopi hitamnya. Bos kedai ini termasuk asik (baik), dia membebaskan pekerjanya istirahat kapan saja asalkan berganti2an. Banyak yang kami sering bicarakan, mulai dari isu-isu tki (legal dan ilegal), suka duka, music, sampai cerita korupsi ditanah air, intinya berbagi informasi dan tukar pengalaman selama disini (malaysia). mba Siti tergolong yang paling kritis dengan isu-isu korupsi ditanah air, karna dia mengikuti perkembangan berita Indonesia dengan berlangganan internet dari Hp BBnya (seminggu rm5). Tak elak pembukaan obrolanpun tentang korupsi, dia bilang, itu pssi parah ya ron..?? obrolanpun berlangsung ngalor ngidul (kesana kemari), sampai dia lupa menawariku minum, hehe... yang pasti seru banget deh. Biasa ya ron (teriak bule Pur dari tempat pembuatan minum), yup biasa bule (jawabku), tak lama teh tarik panaspun tersedia dimeja, usia bule Pur seumuran ibuku, jadi aku panggil dia bu'le (tante). Indah kurasa, sore hari, teh tarik panas, roko dan ngobrol bersama sodara2 perempuanku yang datang menghampiriku silih berganti. Tapi keindahan itu terusik dengan teriakan lelaki cina tua malaysia mabuk yang berada dimeja sebelah, dia memesan bir dengan nada yang aneh (logat mabuk campur bahasa malaysia yang ga karuan). Mungkin bagi sodara perumpuanku itu sudah biasa, mereka tidak kaget dan terbilang pemberani, lalu dijawab dengan lantang keras dan diakhiri dengan makian dalam bahasa jawa (sungguh aku salut pd mereka). Lama berselang lelaki itu mulai bertingkah, ngomong macem2 yang bikin sakit kuping aku mendengarnya, menggoda dan melecehkan sodara2ku, dengan kata vulgar, bahkan dia berbicara hal buruk tentang negara asalku. Semua kata2 yang keluar dari mulut mabuknya kutelan dalam dalam bersamaan asap roko yang kuhisap. Terlintas dalam pikiran untuk bergerak, menegur dan mengeluarkan kata2 murka bahkan memecahkan gelas teh tarik ini kekepalanya,  berpikir berpikir dan bertanya dalam hati. Apakah kalau aku lakukan hal itu, maka itu yang disebut nasionalis...?? ataukah tindakan bodoh yang malah akan membawaku kelubang masalah...?? Lamunan negatif ku pun buyar dengan tepukan dibahuku dari belakang, ternyata salah satu sodara perempuanku yang lain, langsung dia menyodorkan memori stik mini 2gb, dan berkata, nih isi lagu2 Indonesia yang baru2. dan obrolan tentang music sedikit menolongku melupakan lelaki tua mabuk itu. Waktu berjalan, dua jam berlalu, magribpun memanggil, lalu aku pamit pulang. Dan ketika pamit itu mba Siti berkata "dulu seorang kawan pernah bilang ke aku, kita tuh harus pinter2 jaga emosi dinegri orang". aku terdiam dan tersenyum, ternyata mba Siti melihat lamunan ku tadi. Akupun melangkah pulang tanpa dendam, amarah pun sirna melihat jiwa2 petarung dalam tubuh sodara2 perempuanku. salam tki tulisan sebelumnya: - Sisi Hitam Malaysia - Stupid Country

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun