Mohon tunggu...
Ronyrox Suhendra
Ronyrox Suhendra Mohon Tunggu... -

sang kerbau yang senang bekerja, dan petani adalah sahabat karibku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat dari Malaysia (2), Sikap Pemerintah RI tentang Isu TKI

17 Januari 2011   13:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:28 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui, sejak juni 2009 pemerintah Indonesia menghentikan pengiriman tenaga kerja wanita (tkw), khususnya untuk profesi asisten rumah tangga (prt) keMalaysia. Penghentian atau pembekuan itu terkait banyaknya perlakuan sewenang-wenang yang menimpa prt Indonesia oleh majikannya. Seperti, gaji yg tidak dibayar, tidak adanya libur kerja, dll.

Berkaitan isu-isu yang ada, pemerintah Indonesiapun menyikapi dengan tuntutan-tuntutan sbb:

- Untuk gaji, minimal rm800.

- Libur 1 hari dalam seminggu.

- Paspor dipegang oleh pekerja.

Sementara itu dari pihak Malaysia sendiri terkesan tidak serius dalam menanggapi isu ini, seperti yang diutarakan oleh menteri sumber daya manusianya S. Subramaniam dalam surat kabar TheSun edisi hari ini. Beliau berucap "dari survey yang sudah dilakukan, para majikan tidak terlalu giat/serius dalam menanggapi isu yang ada".

Dan beliaupun berucap akan terus membincangkan dan berdiskusi dengan pemerintah Indonesia terkait isu ini.

Pernyataan S. Subramaniam ini terkait dengan adanya berita yang menyebutkan bahwa, lebih dari 30.000 orang pekerja rumah tangga Indonesia menunggu untuk masuk keMalaysia untuk mengisi kekosongan yang ada.

***

Dari keadaan yang ada diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya tumpang tindih dan ketidakpastian atau ketidaktegasan dari pemerintah Indonesia. Terlihat dengan adanya 30.000 orang pekerja rumah tangga Indonesia yang menunggu masuk untuk mengisi kekosongan, walaupun keadaan dalam masa pembekuan pengiriman.

Sikap tidak tegas ini tentunya merugikan keduabelah pihak, baik itu Malaysia maupun Indonesia. Dan tentu saja tidak jelasnya nasib pekerja rumah tangga yang 30.000 orang tersebut.

Dari data yang ada disini, Malaysia memerlukan lebih dari 7.000 tenaga asisten rumah tangga setiap bulannya. Dan bisa disimpulkan pada saat ini malaysia dalam keadaan terdesak untuk mendapatkan tenaga asisten rumah tangga. Harusnya dari keadaan Malaysia sekarang ini dapat dijadikan kesempatan oleh pemerintah Indonesia untuk menekankan sikap dan keinginannya.

Memang semua masih dalam perbincangan, perbincangan yang sejak bulan juni 2009 yang lalu, ya hanya "perbincangan".

Yang saya lihat sekarang ini adalah, terjadinya konflik ditubuh malaysia antara pemerintahnya dengan para majikan. Dan juga ketidaktegasan sikap oleh pemerintah Indonesia.

***

Akhir kata, berhubung akhir-akhir ini sudah mulai banyak pejabat yang berkompasiana, jadi saya mengharapkan ada salah satu pejabat Indonesia yang membaca ini. Dan saya ingin berpesan: Hei bung, kalau jadi orang itu yang tegas dong. punya sikap.

salam tki.

Ask: klo tulisan begini masuknya ke roportase apa opini yaa...???

tulisan sebelumnya: Surat dari Malaysia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun