Mohon tunggu...
Hironimus Galut
Hironimus Galut Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penikmat Kata. Merusak yang terbaik adalah hal yang paling buruk.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki-lelaki Malam

7 Maret 2020   10:13 Diperbarui: 8 Maret 2020   07:14 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: asiaone.com

 Mereka adalah lelaki-lelaki malam yang baru muncul dalam hidupku. Wajah cerahku kemudian mendadak berubah menjadi mendung bercampur cemas saat melihat aroma nafsu yang keluar dari mimik muka mereka dan perbincangan peransang yang menemani situsi buram itu. Sejurus suasana pun dengan cepat merambat cair dan aku mulai masuk dalam kesenangan mereka tetapi tidak serta merta menikmati minuman keras yang dengan ramah dihidangkan bagiku.

"Ternyata aku buta pada persepsiku sendiri"."Aku dibawa pada situasi gelap bersama lelaki-lelaki malam yang tak bermoral itu"  

Tindakan Racki serentak berubah menjadi hitam segelap langit yang telah memindahkan terang abu-abu sore tadi setelah menikmati minuman keras bersama mereka. Sejurus aku rebah, terjatuh, terbawa nafsu ketika ia mendekat ke tempat tidur di ruangan sempit itu sambil menjatuhkan aku dalam pelukan nafsunya.

Aku tak mampu berdalih. Aku hanya bisa memberontak dalam sakit. Desahan nafasku tak terhenti. Aku menangis dan menjerit karena hantaman tubuh pria itu. Jeritanku kemudian melahirkan kelicikan di sana. Keenam lelaki malam itu kemudian berlangkah cepat sambil terdesak-desak menikmati tubuhku. Tak ada larangan dari Racki. "Sakit..sungguh sakit", teriakku mulai mengecil saat mulut dan seluruh tubuhku diselimuti kejutuh pria bejat itu.

"Aku lelah, lesu. Tenagaku terkuras habis. Aku diperkosa. Tubuhku hancur.".

Sakit, pedih hingga akhirnya aku terkulai lemah bagaikan pohon tumbang menyaksikan mereka tergesa-gesa meningggalku karena telah kenyang melahap tubuhku. Tak lama setelah mereka pergi kakak sulungku muncul dengan muka penuh kecemasan mencari aku yang pergi dari rumah tanpa izin. Ketika menyaksikan pakaianku tidak melakat ditubuh ia langsung menampar aku dengan keras.

Dengan sedikit takut, aku kemudian menceritakan kejadian yang menimpa aku malam itu. Ia lalu berusaha mengejar pria-pria itu, namun usahanya dihalangi oleh gelap malam itu. Selanjutnya dengan penuh sakit hati dan emosi yang tinggi kami melaporkan kejadian itu kepada pihak kepolisian. Mulai malam itu, pihak kepolisian menangani kasus demoralisasi tersebut dengan keterangan lengkap, nama dan asal kampung dari pria-pria itu. Peristiwa itu dengan cepat melayang dalam kata dan menjadi bahan gosip kebanyakkan orang.

"Harga diriku hilang dengan sekejap karena peristiwa malam itu. Hidupku menjadi hampa bagaikan sebatang kara di lautan lepas"

Cuaca cerah di rumah akhirnya berubah signifikan menjadi mendung penuh gemuruh halilintar, apalagi keluarga besarku di kampung. Akar kepedihan telah tertanam dan terus tersangkut dalam hatiku. Sejenak dalam tenang aku mulai mendidik hatiku saat mendengar berita bahwa tiga orang dari ketujuh pria itu telah tertangkap.

Hingga terakhir aku mendengar informasi bahwa Racki ditangkap oleh warga di kampungku saat ia hendak kembali ke kampungnya. Menurut cerita sederhana mereka, ia sempat mencoba mengamankan diri dengan bersembunyi di kolong bangku bus dan rupanya sopir bus yang bekerja sama dengan Racki dan mengatakan bahwa ia tidak ada di bus ketika ditanya oleh warga. Tetapi usaha konyol mereka sia-sia karena seorang penumpang di bus tersebut adalah salah satu warga kami yang sejak tadi memperhatikan Racki yang tampak takut dan cemas. Ia kemudian memberikan isyarat tentang keberadaan pria bejat itu kepada teman-teman warga yang berdiri rapi disekeliling mobil itu.

Warga kemudian mulai menurunkan dia dari mobil dengan kasar dan mengarahkannya ke rumah keluargaku sambil di caci maki, di pukul dan di tendang hingga jejak langkah setapak membuat darah dan luka parah. Ini mungkin setimpl dengan dosanya. Kakak lelaki keduaku mulai berlari cepat saat melihat dia dari kejauhan lalu memukulnya dengan penuh emosi. Untungnya warga cepat-cepat mengamankan benda tajam yang dibawa oleh ayah saat kembali dari kebun sehingga ia hanya bisa melampiaskan kemarahannya dengan menampar Racki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun