Mohon tunggu...
RONY AL AFGANI
RONY AL AFGANI Mohon Tunggu... -

"Pengen coba belajar nulis "

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

6 Istilah Bahasa Sunda yang Kadang Orang Sunda Lupakan Pemakaiannya dan Penempatannya

19 Oktober 2011   03:19 Diperbarui: 29 Agustus 2020   12:35 25439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 6 Istilah Bahasa Sunda yang Kadang Orang Sunda Lupakan Pemakaiannya dan Penempatannya (Gambar: bernas.id)

Apa yang terpikir oleh kita ketika kita membayangkan Jawa Barat? Ya budaya Sunda. Kondisi Georafis terletak di daerah Jawa Barat ini konon Katanya Sunda ini terlahir dari Melayu dan Polenisia dalam rumpun bahasa Austronesia (Wikipedia, 2011).

Bahasa Sunda yang sangat kaya, patut kita banggakan, dari mulai tata cara sopan santun, gaya berbicara, dan bahasa yang sangat istimewa.

Mengapa dikatakan istimewa?

Bahasa Sunda memiliki struktur/grammar yang lebih kompleks dibandingkan bahasa Inggris. Berbicara ke orang yang lebih tua usianya maka bahasa yang akan dipilih harus mengunakan bahasa sunda yang lembut.

Berbeda dengan bahasa Inggris, tidak berubah kondisinya ketika berbicara dengan orang yang dihormati ataupun orang yang lebih tua. Seperti contoh:

“Bade angkat kamana, pa?” (sunda lembut untuk orang lain).

“Abdi mah bade mios heula, pak.” (sunda untuk diri sendiri).

Sedangkan dalam bahasa Inggris, untuk diri sendiri dan orang yang lebih tua dan dihormati hanya dengan menggunakan satu kalimat saja yaitu “Where do you go?”(Bahasa Inggris). Itu hanya sedikit kelebihan dari warisan budaya daerah kita yaitu Bahasa Sunda.

Namun ironi ternyata ditemui masyarakat yang mengunakan bahasa Sunda tidak sesuai dengan tata bahasa baku atau undak usuk basa. Keberadaan istilah/kata dalam Bahasa Sunda tersebut semakin terkikis keberadaannya oleh budaya budaya luar yang cenderung mempengaruhi esensi tata bahasa.

Zaman sekarang, kebanyakan anak muda justru lebih bangga dengan bahasa Inggris, karena bahasa tersebut merupakan bahasa gaul dan internasional. Menurut mereka dengan bahasa tersebut akan membuka cakrawala dunia yang lebih luas, karena sebagian besar referensi/buku mengunakan bahasa tersebut.

Oke lah, tidaklah salah jika kita mempelajari bahasa Inggris tapi akan lebih bijak jika kita tidak meninggalkan bahasa Sunda sebagai budaya dan identitas kita.

Banyak yang telah mengalami degradasi bahasa, kehilangan kata/istilah (endanger language) pada saat ini, terutama di daerah-daerah perbatasan. Sedikit demi sedikit istilah/kata bahasa Sunda yang baku (undak usuk basa) sudah jarang dan hampir tidak dipergunakan lagi dalam komunikasi kesehariannya. Mungkin mereka tidak tahu atau enggan untuk mempelajari?

Berikut beberapa istilah/kata yang sudah jarang digunakan oleh sebagian masyarakat Sunda:

1. Sumping (artinya datang/came)
Kebanyakan masyarakat mengatakan “dongkap”. Padahal “dongkap” (sesuai undak usuk basa) hanya digunakan untuk diri sendiri saja. Sedangkan untuk orang lain yang lebih dihormati atau yang lebih tua usianya seharusnya mengatakan “sumping”.

2. Kagungan (mempunyai/have)
Kebanyakan masyarakat mengatakan “gaduh” untuk yang satu ini kepada orang lain. Sedangkan seharusnya kata “gaduh” hanya digunakan untuk diri sendiri. Seharusnya untuk berbicara dengan orang lain menggunakan kata “kagungan”.

3. Ngabantun (membawa/bring)
Kata "ngabantun" sudah jarang digunakan. Kebanyakan masyarakat mengunakan kata “nyandak” yang seharusnya digunakan untuk orang lain.

4. Mios (pergi/go)
Biasanya kebanyakan masyarakat menggunakan kata “angkat”, seharusnya menggunakan kata “mios”. Karena kata “angkat” hanya digunakan untuk orang yang dihomati dan orang yang lebih tua usianya.

5. Rompok (rumah/house)
Biasanya masyarakat mengunakan kata “bumi” untuk diri sendiri yang seharusnya mengunakan kata “rompok/rorompok” untuk menerangkan rumah.

Dari 6 kata/istilah Sunda di atas sepertinya masih banyak lagi yang masih harus kita lestarikan. Dalam kata lain harus dilakukan konservasi terhadap kata atau bahasa tersebut. Konservasi tidak hanya sebatas pohon saja namun budaya nenek moyang kita harus dan wajib kita lestarikan juga.

Maaf jika tulisan saya kurang berkenan. Tak ada maksud apa-apa kecuali mengingatkan saya sendiri akan pentingnya budaya kita yang sangat kaya dan luhur ini. Saya hanya memandang dari segi awam saja dan masih terus belajar menjadi orang Sunda.

Fakta ini saya ambil dan rangkuman dalam kehidupan sehari-hari secara subjektif dari hal-hal objektif. LESTARIKAN BUDAYA DAN BAHASA SUNDA! HATUR NUHUN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun