Tiga hal diatas memiliki hubungan yang timbal balik, tidak dapat terpisahkan dan saling menguatkan. Sehingga dalam pendidikan karakter, dibutuhkan metode dan lingkungan yang mendukung keberadaan ketiganya. Sebuah pandangan yang salah jika hanya mengutamakan kuantitas materi.
Juga bukan hal yang tepat jika sekedar menanamkan keyakinan tanpa diiringi dengan landasan ilmu yang kuat dan kesadaran.
Dan juga bukan suatu hal yang strategis jika hanya dilatih tindakannya saja. Dengan demikian pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara instan, namun dilakukan secara bertahap dan terus menerus.
Uraian singkat diatas merupakan inti sari dari pengenalan pembentukan karakter yang terinspirasi dari konsep-konsep dalam al-Quran dan teori para ahli seperti Imam Ibnul Qoyyim al Jauziyah, Thomas Lickona, dll.
Tulisan ini sebagai pendahuluan untuk memperkenalkan salah satu esensi dari pendidikan karakter. Semoga memberikan manfaat bagi yang membacanya dan menginspirasi bagi kita semua.
In Syā Allāh, akan dilanjutkan secara bertahap pada kesempatan selanjutnya yang akan mengupas tentang proses pembentukan karakter, strateginya dan evaluasinya.
Ref:
[1] Zebua, R. S. Y., Ihsan, M., & Nurjanah, N. (2020). Perkembangan Pendidikan Islam Periode Khulafāur Rāsyidīn dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 5(1), 115–126. https://bit.ly/3nYbG6q
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H