Menurut BPS Sumatera Utara (2014), Indeks Pengembangan Manusia daerah Bonapasogit, sebagian saja (tiga kabupaten) berada diatas IPM Sumatera Utara dan sebagian lainnya (delapan kabupaten) berada dibawah IPM Sumut (sebesar 75,55 tahun 2013). Artinya kualitas SDM umumnya di bonapasogit masih lebih rendah dibandingkan dengan kualitas rata-rata SDM Sumatera Utara. Uraian IPM Sumut menurut Kabupaten se Bonapasogit dapat dilihat pada Tabel 10.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, dapat juga digunakan sebagai indikator posisi relatif; karena makin tinggi PDRB per kapita artinya makin kaya pula manusianya. Dearah dengan PDRB per kapita yang lebih tinggi berarti daerahnya lebih kaya, lebih makmur. Dearah yang lebih makmur tentu berdaya saing lebih. Menurut BPS Sumatera Utara (2014), “hanya” tiga kabupaten yaitu Kabupaten Toba Samosir, Karo dan Kabupaten Samosir yang PDRB per kapitanya lebih tinggi dari Sumatera Utara, selebihnya (delapan kabupaten) adalah lebih rendah dari Sumatera Utara (Tabel 11). Artinya penduduk di delapan kabupaten di bonapasogit lebih miskin dibanding rata-rata saudaranya di Sumatera Utara.
Melihat beberapa posisi relatif Indonenesia terhadap ASEAN, lalu posisi relatif Sumatera Utara terhadap Indonesia, kemudian posisi bonapasogit terhadap Sumatera Utara, ternyata keraguan banyak pihak tentang kesiapan Indonesia, Sumatera Utara dan bonapasogit bukan isapan jempol belaka, karena faktanya memang demikian.
Melihat data tersebut, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Batak khususnya harus segera meningkatkan daya saingnya. Tidak ada lagi waktu untuk menunda karena hari H sudah ditentukan yaitu akhir tahun 2015. Ibarat pertandingan tinju. Hari H sudah ditetapkan dan kita harus bertanding sejak itu. Pertandingan bukan sehari, tetapi tiada henti terus menerus sepanjang tahun. Agar kalah terhormat dan tidak kalah KO (knock out) setiap unsur dalam masyarakat harus mengambil peran aktif. Pemerintah punya kemampuan terbatas, sehingga tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada mereka. Lagi pula pasar bebas ASEAN ini menyangkut kehidupan masyarakat, yaitu masyarakat ekonomi ASEAN, ya kita.
Masyarakat Batak harus mengambil bagian dalam “pertempuran” secara nyata yaitu;
a. Secara individu, meningkatkan kemampuan atau kompetensi diri dengan meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dengan level nasional dan internasional.
b. Secara rumah tangga, meningkatkan pendapatan melalui produksi barang dan jasa yang berkualitas. Lalu memilih sekolah terbaik bagi putra dan putri kita. Pendidikan adalah investasi, sehingga jangan segan-segan mengelurakan dana besar untuk pendidikan anak-anak.
c. Secara sosial, meningkatkan soliditas antar anggota marga, kumpulan marga dengan saling membantu satu sama lain untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan sosial. Motto: bersatu kita kuat bercerai kita hancur, justru makin relevan kini.
d. Membantu pemerintah pusat maupun pemerintah dalam pembangunan ekonomi, pendidikan di berbagai level.
***