Mohon tunggu...
rono iqbal
rono iqbal Mohon Tunggu... -

:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bosan Cerita Sukses

10 November 2015   10:08 Diperbarui: 10 November 2015   11:18 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di media apapun kita pasti sering membaca artikel-artikel yang membahas tentang kisah orang-orang sukses. Mulai dari yang sudah sukses beneran trus dibuatin cerita, sampai dengan cerita yang dibuat supaya orangnya sukses. Mulai dari orangnya sendiri yang menceritakan kisahnya hingga kisah yang diceritakan orang lain dan dibuat seakan-akan ditulisnya sendiri. Sangat beragam, tentu beragam pula pesan yang dibawanya. Pesannya ada yang memang konstruktif, sangat membangun, hingga persuasif mempengaruhi pembacanya untuk melakukan suatu hal tertentu (seperti membeli produk atau jasanya). Ya, memang cerita orang sukses sangat laris untuk dinikmati oleh banyak orang.

Ada yang membaca karena ingin meniru jalan menuju suksesnya, sayangnya ada yang membaca untuk menghibur diri yang sedang dalam kondisi dimana kata sukses seperti sebuah nasi bungkus tanpa karetnya, ambyar (sepertinya ini kosakata Bahasa Jawa yang saya sendiri belum menemukan padu padannya di Bahasa Indonesia), ga jelas, blas. Siapapun yang membuat, baik dibuatkan atau membuat sendiri, baik menceritakan kesuksesan yang belum diraih ataupun akan diraih (semoga keraih, Aamiin), cerita sukses selalu memikat banyak orang.

Sebenarnya untuk mencari orang sukses tidak terlalu sulit. Disini saya tidak ingin membahas definisi, parameter, syarat dan ketentuan untuk sesuatu yang disebut dengan sukses. Silahkan interpretasikan sendiri-sendiri. Ok, kembali lagi. Sebenarnya tidak terlalu susah untuk mencari orang sukses. Lihat ke sekeliling kita, dengan mata terbuka, ikhlas, hilangkan semua rasa iri dan dengki, pasti akan menemukan orang sukses. Mereka adalah orang sukses yang kita kenal langsung, yang untuk mengetahui kisahnya kita tidak harus membaca, tapi bisa langsung tanya jawab, meminta arahan atau istilah jaman Orba adalah "memohon petunjuk bapak presiden".

Dan sayapun mencoba mencari dari orang-orang sekeliling saya. Yup, sama sekali tidak susah. Seperti teman seumuran saya yang rela resign dari perusahaan multi nasional dengan posisi strategis untuk memulai bisnis sendiri dan sekarang sudah mempekerjakan hampir 40 orang. Itu cuma 1, tapi cukuplah untuk jadi bahan pembicaraan, sharing, atau penyemangat (terutama pas mentok) yang pastinya saya ceritakan ke teman yang lain.

Seperti bacaan, perbincangan tentang kisah sukses sama menariknya. Dan kisah sukses 1 teman saya tadi yang jadi topik perbincangan saya dengan teman saat itu. Dengan berapi-api saya menceritakan semua pencapaiannya sekarang, apa yang sudah dilakukannya sebelum mencapai kesuksesannya sekarang. Ini bukan perbincangan perbincangan dengan teman saya tentang kisah sukses. Sudah keberapa kalinya, dan memang iya, perbincangan itu selalu seru. Hanya kali ini tanggapannya agar berbeda, cenderung lebih diam dan tidak sesemangat biasanya, tapi saya tidak terlalu sadar. Saya mulai sadar dari respon pertamanaya. "akeh tunggale crito konco, critomu kapan?". Terjemah bebasnya : banyak kalo itu cerita temen, trus ceritamu kapan? Hek. Jadi sadar. Sebenarnya cerita-cerita sukses itu seperti proses mengulang-mengulang.

Secara umum ya seperti itu. Ada fase kerja keras, sabar, pantang menyerah hingga rendah diri, dermawan, empati dan simpati ketika sukses itu mulai diraih. Memang ada detail-detail yang berbeda untuk tiap=tiap orang. Tapi secara umum sama. Yang detail sekalipun, sebetulnya kita juga sudah tau. Apa-apa yang mereka lakukan. Tapi apakah kita sudah melakukan semua "pengetahuan umum" itu selain membicarakannya? Bagi saya pribadi si jawabannya belum. Sejauh ini yang saya lakukan hanya menceritakannya, dan menceritakannya. Dan saya akhirnya bosen, hanya bisa menceritakannya. Kapan cerita saya diceritakan orang kalo saya hanya menceritakan cerita orang tanpa menirunya?

Well, tidak ada waktu yang lebih baik untuk memulai sesuatu kecuali sekarang. Bukan besok, bukan lusa, bukan nanti kalo sudah punya tabungan, bukan nanti kalo punya ide. Just do it, and now. Apakah kita pasti sukses? Pasti. Hanya jangan tanya kapan. Kalopun yang menikmati kesuksesan bukan kita, tapi anak-anak kita, itu tetap sebuah kesuksesan. Mulai sekarang untuk bikin cerita yang akan diceritakan orang, meskipun itu berangkat dari cerita orang. Jadilah pahlawan yang diceritakan orang, bukan hanya menceritakan cerita para pahlawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun