Dalam beberapa waktu terakhir pola stigmatisasi semakin menguat. Kasus penolakan pemakaman jenazah semakin marak di beberapa daerah. Warga sekitar daerah pemakaman menolak karena khawatir potensi penularan virus corona dari jenazah yang dikubur. Pola stigmatisasi juga berdampak kepada tenaga medis yang pada beberapa kasus diusir dari tempat kediamannya.Â
Tenaga medis sebagai garda terdepan seharusnya mendapat penghargaan dari masyarakat atas dedikasinya dalam menghadapi risiko pekerjaannya. Pola stigmatisasi selama masa wabah COVID-19 ini terjadi karena kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat.Â
Pemerintah harus menggandeng tokoh masyarakat sebagai penghubung dan pemberi edukasi tentang membangun solidaritas antar masyarakat di tengah-tengah wabah COVID-19. Karena terbukti dalam beberapa kasus dialog persuasif dan cara yang komunikatif menjadi kunci keberhasilan dalam pemberantasan praktik diskriminasi.
Dalam penanganan wabah pandemi COVID-19 tidak boleh ada satupun masyarakat yang tertinggal. Pemerintah bersama masyarakat harus membangun kerja sama agar upaya penanggulangan dapat tersampaikan dengan baik ke seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Semoga di masa yang sulit penuh tantangan ini menjadi momen bagi masyarakat dan pemerintah untuk belajar saling mendukung dan menyikapi segala perbedaan yang ada agar bangsa ini kelak menjadi bangsa yang semakin dewasa dan lebih beradab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H