Harga BBM Dunia
Harga BBM ditentukan berdasarkan harga bahan baku (minyak mentah), biaya pengolahan di kilang dan distribusi serta pajak. Di beberapa Negara seperti Venezuela dan Saudi Arabia, harga BBM sangat murah dikarenakan subsidi yang melimpah di Negara tersebut. Negara Negara di Eropa atau US yang tidak memiliki subsidi sama sekali, harga BBM befluktuasi mengikuti kondisi pasar.Berikut adalah harga BBM di tiap Negara yang dikutip dari situs http://www.globalpetrolprices.com/gasoline_prices/
Harga tersebut di atas adalah untuk kategori BBM dengan nilai Oktan (RON)yang cukup tinggi (95). BBM subsidi di Indonesia (Premium) mengandung nilai Oktan yang lebih rendah (88).
Negara tetangga kita, Malaysia menjual BBM subsidi dengan RON 95 sebesar RM2.3 per liter (Rp8.250). Harga sebenarnya adalah RM 2.43 per liter (Rp.8.748).
Tentu Anda akan bertanya bagaimana mungkin dengan RON yang lebih tinggi dibandingkan BBM premium di Indonesia, harga jualnya bisa lebih rendah? Pemerintah Indonesia mengatakan bahwa harga BBM premium jika tidak disubsidi sama sekali adalah Rp. 10.000 per liter, jauh lebih tinggi dibandingkan harga non-subsidi untuk bahan bakar RON 95 di Malaysia (Rp. 8.748 per liter). Mengapa rakyat Indonesia harus membayar harga yang yang lebih mahal untuk bahan bakar yang kualitasnya lebih rendah ? Apakah ada yang keliru dalam penentuan harga jual BBM di Indonesia?
Penentuan Harga BBM di Indonesia
Untuk memahami bagaimana harga jual BBM di Indonesia tidak lah mudah. Harganya berkaitan dengan berapa besar produksi dan kebutuhan dalam negeri dan bagaimana cara memenuhi kekurangannya.
Saat ini, produksi minyak Indonesia cenderung turun dan tidak bisa memenuhi target yang diberikan APBN selama beberapa tahun terakhir. Di tahun 2012, realisasi produksi minyak hanya 861 ribu barrel per hari dibandingkan target sebesar 930 ribu barrel per hari. Demikian pula di tahun 2013, terjadi kekurangan sebesar 15 ribu barrel per hari dibandingkan target. Target tahun 2014 adalah 813 ribu barrel per hari dan kemungkinan juga realisasinya akan sedikit meleset.
Di tahun 2015, produksi minyak Indonesia ditargetkan sekitar 830 ribu barrel per hari. Dengan system PSC (Production Sharing Contract), bagian Negara diprediksi sekitar 600 ribu barrel per hari, sementara kebutuhan dalam negeri mencapai 1,3 juta barrel per hari. Ada kekurangan sekitar 700 ribu barrel yang harus ditutupi oleh impor. Dari keterangan VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, Indonesia harus mengimpor sekitar 300 – 350 ribu barrel minyak mentah dan sisanya 350 – 400 ribu barreldiimpor dalam bentuk BBM yang sudah diolah (jadi). Indonesia tidak bisa mengimpor seluruhnya dalam bentuk minyak mentah karena ada keterbatasan kapasitas kilang. Di beberapa kesempatan, Dirut Pertamina saat itu (Karen Agustiawan) menyatakan bahwa kilang-kilang Pertamina tergolong cukup tua dan tidak kompetitif lagi untuk mengolah BBM. Biaya pengolahan menjadi cenderung tinggi dan menjadi lebih menarik untuk mengimpor BBM jadi daripada mengimpor minyak mentah dan mengolahnya di dalam negeri. Berarti diakui bahwa saat ini Pertamina kurang efisien dan menjadi salah satu sebab tingginya harga jual BBM ke masyarakat. Pertamina menganggung rugi sekitar 10 trilyun setiap tahun karena ketidakefisienan kilang-kilangnya.