Bulan Mei menjadi momen kebangkitan bersama bagi setiap insan di NKRI ini. Khususnya bagi para pendidik di semua jenjang, baik dari PAUD sampai perguruan tinggi, ini momen yang spesial karena di awal bulan kita memperingati hari Pendidikan Nasional plus Kebangkitan Nasional. Kaum edukator atau pendidik di Indonesia punya peran dalam kebangkitan bangsa di selaga bidang. Mengutip tema "Ayo bangkit Bersama', Â plus tema Hari Pendidikan Nasional 2022 "Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar" maka para pendidik menjadi sokoguru yang ikut menentukan masa depan melalui mendidik generasi digital saat ini.Â
Tokoh awal dari gerakan kebangkitan nasional itu memang unik yaitu lahir dari kalangan para pendidik atau edukator. Mereka melihat pentingnya kemajuan dalam bidang pendidikan dan budaya bangsa. Â Secara historis tercatat bahwa Kebangkitan Nasional di Nusantara saat itu digagas oleh gerakan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dr. Wahidin Soediroehoesoedo, seorang edukator yang intelek dan cemerlang.
Jika para pelopor dalam bidang pendidikan nasional dan juga kebangkitan nasional itu adalah para guru atau pendidik, seyogyanyalah semangat dan teladan ini ditiru para guru atau pendidik pada masa kini. Para guru bangsa itu tidak hanya mengajar tetapi juga memberi contoh nyata, praktik hidup dan penuh pengabdian berjuang bagi kemajuan anak bangsa.
Dalam konteks yang sebenarnya relevan baik di masa itu tantangan dalam keanekaragaman serta tantangan dari luar yang besar, para guru bangsa ini menjadi sosok yang berdampak bagi bangsa. Generasi yang lahir dari didikan mereka menjadi generasi yang memiliki sumbangsih dan kontribusi besar bagi perjuangan serta kemerdekaan bangsa kita Indonesia.
Dengan spirit yang sama, guru saat ini juga menghadapi tantangan untuk menjadi pelopor dalam literasi di era digital. Tapi tantangan terbesar menjadi pendidik di era digital bukan hanya ketersediaan infrastruktur atau fasilitas pendukung. Memang itu adalah kebutuhan yang penting yakni jaringan internet, laptop yang memadai dan lain sebagainya.Â
Menurut penulis, tantangan pengunaan teknologi dalam perancangan materi pembelajaran itu terletak pada guru itu sendiri. Mengapa demikian? Karena guru harus menguasai kompetensi dalam bidang IT dan secara kreatif dan inovatif harus terus mengembangkannya. Secara berbarengan dia juga harus punya spirit atau jiwa pancasila dan Kebhinekaan.Â
Akan mubazir jika semua peralatan IT tersedia tapi guru sendiri tidak cakap atau sangat kudet dalam menggunakan teknologi IT yang ada. Atau pun jika guru itu punya keterampilan IT atau skill IT tetapi dia berhaluan yang melawan ideologi Pancasila dan UUD 1945 atau Kebhinekaan maka ini juga menjadi masalah atau bahkan bahaya laten.Â
Jadi di satu sisi penguasaan IT harus ditingkatkan karena guru menghadapi generasi digital, penguasaan teknologi oleh guru itu tak terhindarkan. Guru harus berupaya menemukan platform atau aplikasi yang tepat dalam pembelajaran itu sendiri.  Ada banyak aplikasi-aplikasi  yang bertebaran dan perlu dicek apakah bisa dipakai secara praktis dan efektif dalam pembelajaran.
Lalu guru juga perlu jadi mentor dengan jiwa Pancasila dan Kebhinekaan, untuk menanamkan nilai-nilai, memberikan edukasi, arahan dalam mereka berselancar secara digital. Para murid dibanjiri dengan banyak informasi yang masif, guru menjadi model yang memberikan keterampilan literasi yang tepat dan cerdas bagi para muridnya.Â
Lalu tantangan lainnya juga adalah bagimana merancang pembelajaran dengan murid yang beragam. Di sini guru perlu merancang metode pembelajaran yang bervariasi dan memperhatikan tipe pembelajar dari nara didikinya, jadi ada yang visual, auditory dan kinestetik.
Kemudian untuk mengantisipasi murid yang cepat menangkap materi, ini berarti kan butuh pengayaan. Guru bisa memberikan pengayaan materi atau memberikan link atau refernsi untuk murid tersebut. Jika ada kegiatan pembelajaran asinkronus, guru bisa memanfaatkan juga periode itu untuk memperkaya atau memperdalam materi bagi nara didiknya.
Jika ada pendidik atau guru yang masih konservatif dalam teknologi, Kemenkominfo menyediakan pelatihan secara gratis lewat Siberkreasi. Ada beragam webinar yang bisa diikuti untuk mengasah keterampilan di bidang IT.Â
Tapi guru sendiri harus menalukkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Maksudnya yaitu guru harus punya willingness, kemauan yang kuat serta profesional. Tanpa ini maka guru hanya hadir tanpa memberikan dampak atau perubahan berarti bagi muridnya.
Jadi langkah awal adalah guru harus mengenal generasi digital saat ini tipe belajar generasi digital, tipe berelasi generasi digital. Generasi digital senang visual, daya tahan untuk memperhatikan sangat singkat. Jadi guru harus kreatif dan inovatif, tidak monolog dan berpusat hanya pada guru sendiri. Jika menggunakan slide, pakailah desain template yang secara visual atraktif dan menarik. lalu mencari video-video  yang juga menarik dan mendukung materi ajar.
Kedua, guru harus menguasai strategi pembelajaran kekinian, yang komunikatif dan interaktif. Â Guru belajar untuk jadi fasilitator yang ikut menginspirasi murid untuk mengembangkan potensi mereka. Pihak sekolah harus sering mengadakan training atau mengiri gurunya untuk mengikuti pelatihan dalam bentuk training profesional ke guru-guru.
Ketiga, murid di era digital senang dan suka kalau berkolaborasi, di sinilah guru bisa berkolaborais dengan murid dan murid bisa berkolab dengan rekannya. Guru harus menyediakan pembelajaran untuk murid bisa mengembanghkan potensi atau skill mereka khususnya skill digital.Â
Dengan semangat untuk bangkit dan maju, jika para pendidik terus belajar dan belajar dengan penguasaan teknologi informasi dalam pendidikan, maka ada harapan bagi kemajuan bangsa ini. Kolaborasi dna sinergi para pendidik adalah wajib hukumnnya, belajar bersama dan maju bersama untuk kemajuan bangsa dan membawa transformasi dalam dunia pendidikan nasional.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H