Mohon tunggu...
Ronny Adolof Buol
Ronny Adolof Buol Mohon Tunggu... Fotografer -

Suka membaca dan hobby motret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Musik Orkes dan Cako

8 Januari 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:11 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemeriahan malam pergantian tahun baru saja lewat. Sudah beberapa tahun ini, malam pergantian tahun di Kota Manado selalu meriah. Kembang api bernilai milyaran rupiah dihambur ke atas langit. Bahkan menurut beberapa catatan, malam pergantian tahun pada 2010 lalu, tak kurang dari 20 milyar rupiah, dihabiskan warga Manado untuk berpesta  kembang api.

Pesta Kembang Api 2011, di salah satu tempat di Kota Manado

Biasanya, setelah ibadah malam lepas tahun di gereja, masyarakat Manado keluar rumah dan bersiap menyambut Tahun Baru. Ramai, riuh serta meriah. Paginya jalanan sepi, karena semuanya ke gereja, larut dalam Ibadah Tahun Baru. Pulang gereja, mereka saling berjabatan tangan, mengucapkan selamat tahun baru. Kuncikan Tapi kemeriahan tidak berakhir disitu. Justru kemeriahan yang sesungguhnya akan dimulai pada setiap hari minggu sepanjang bulan Januari. Orang Manado menyebutnya dengan “kuncikan. Sebuah tradisi yang terpelihara bukan hanya di beberapa daerah Manado, tetapi juga di beberapa daerah Minahasa dan daerah Nusa Utara. Puncaknya pada akhir bulan Januari. Orang Manado dan sebagian di Minahasa merayakannya dengan Festival Figura. Sebuah tradisi yang dibawa oleh bangsa Spanyol. Dan orang Nusa Utara menutupnya dengan Pesta Adat Tulude.

Setiap hari minggu, biasanya sepulang dari ibadah gereja, masyarakat yang melaksanakan kuncikan sudah bersiap. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil, yang terbentuk dari komunitas yang ada disekeliling mereka. Lalu kelompok-kelompok itu melengkapi diri dengan berbagai alat musik. Mereka menyebutnya dengan nama musik orkes. Musik yang terdiri dari berbagai instrumen, seperti Gitar, Biola, Okulele, String Bas, Suling, Jimbe, Tambor, dan pelengkap lainnya. Tak jarang malah ada yang membawa kaleng bekas, botol bekas, sebagai alat musik. Yang penting berbunyi, kata mereka. Dengan iringan musik orkes itu, mereka lalu mendatangi rumah-rumah. Bersilahturahmi, memberi salam, dan tak lupa menyumbang lagu secara bersama-sama. Menyanyi sambil berjoget.

Dan ditengah keriangan itu, tuan rumah biasanya menyuguhkan minuman khas. Cako, mereka menyebutnya demikian. Cako, merupakan plesetan dari minuman berkadar alkohol tinggi khas Minahasa, Cap Tikus, yang dengan takaran tertentu dicampur dengan minuman bersoda, coca cola. Jadi bersemangatlah rombongan kuncikan. Tradisi yang dilaksanakan setiap hari minggu sepanjang Januari ini, tetap terpelihara. Pesan moralnya adalah menjaga ikatan keakraban sesama masyarakat yang tinggal dalam satu lingkungan. Dengan mendatangi rumah ke rumah, semboyan orang Minahasa, torank samua basudara tetap terpelihara. Sembari menyampaikan, bahwa syukur atas penyertaan Yang Kuasa sepanjang tahun yang telah lewat, harus disyukuri. Ini baru minggu kedua di bulan Januari, masih tiga minggu lagi menikmati musik orkes dan cako, sambil menunggu Festival Figura dan Pesta Tulude, sebagai puncak kuncikan yang tak kalah meriahnya.

Festival Figura

Pesta Tulude

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun