Sudah terbiasa ketika jam 04.00 subuh, para santri sudah ramai berlalu lalang untuk pergi bersiap-siap ke masjid, ada yang sedang mandi, ada yang shalat sunnah, membaca Al-Quran, mengulang hafalan, dan bahkan ada juga yang baru bangun.
Iya, tepatnya yang baru bangun itu, anak-anak SD (sekolah dasar) yang kira-kira usianya berkisaran anatara 6 sampai 10 tahun.
Mereka tinggal di sebuah asrama, yaitu asrama Rumah Yatim Ibadurrahman Duri. Asrama Ibadurrahman atau bisa di sebut juga dengan panti asuhan Ibadurrahman, yang berlokasi di jalan kelapa, Gang Darul Aitaam, Kelurahan Balai Raja, Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis - Riau.
Dinamakan Rumah Yatim Ibaduurrahman, bukan berarti semuanya anak-anak yatim. Akan tetapi yang tinggal di asrama tersebut, mayoritas memang anak-anak yatim. Mereka yang tinggal disana memang ingin menuntut ilmu. Selain orang tua mereka yang tidak mampu untuk menyekolahkannya.
Ada sebuah sosok yang begitu di kagumi oleh para pembina dan santri lainnya. Sekaligus membuat para santri yang ikhwan (laki-laki) nya berdecak kagum padanya, kepada salah satu anak asrama yang akhwat (perempuan).
Dengan penampilan biasa-biasa saja, dengan berjilbab besar yang menjulur kebadannya. Kesehariannya dia lakukan untuk membimbing dan mengajari anak-anak SD yang di asrama tersebut, ketika sepulang sekolah. Dia adalah pelajar di salah satu SMAN di Kota Duri.
Semua anak-anak asrama itu memang masih sekolah di luar, yaitu di tempat umum, dari SD sampai SMA. Selain ramah kepada seluruh santri yang ada di asrama tersebut, perkataannya yang sopan santun, membuat para pembina dan santri takjub akan dirinya.
Dia adalah Aida Humairah, yang biasa di panggil oleh santri lainnya yaitu ukhti Aida.
"Ukhti Aida, ukhti aida"
Dipanggil salah satu anak asrama yang bernama risky, yang masih kelas satu SD, di salah satu sekolah dasar yang berada di sekitaran asrama, di balai raja--Duri. Yang begitu dekat dengan Aida.
"Ada apa dek?"