Mohon tunggu...
Ronny Y. T.
Ronny Y. T. Mohon Tunggu... -

Padamu negeri kami berjanji ... Padamu negeri kami berbakti ... Padamu negeri kami mengabdi ... Bagimu negeri jiwa raga kami

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kalau Saya Menjadi Mendikbud

10 Agustus 2016   10:16 Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:20 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama setelah di lantik, saya akan rapat dengan pejabat-pejabat penting di lingkungan departemen saya, untuk mendengarkan rencana yang ada dan problem-problemnya.

Hari berikutnya, saya akan mulai perjalanan dinas dari provinsi ke provinsi, mulai dari Papua dan nanti berakhir di Aceh. Karena pendidikan bukan cuma ada di Jakarta dan sekitarnya saja, Indonesia juga bukan hanya Jl. Merdeka, Jl. Thamrin dan Jl. Sudirman. Saya harus melihat sendiri, seperti halnya Bapak Presiden yg saya bantu, beliau juga selalu ingin melihat sendiri, tidak puas kalau hanya mendapatkan laporan.

Dari perjalanan dinas itu, saya yakin akan mendapatkan banyak gambaran menyedihkan mengenai pendidikan di Indonesia yang telah merdeka 70 tahun. Bagaimana bangunan2 fisik sekolah yg tidak layak, fasilitas yg tidak memadai, sekolah2 yg jauh letaknya dari anak didik, sehingga harus dijangkau dengan berjalan kaki, karena anak2 tidak punya biaya untuk naik angkutan umum atau bahkan untuk di antar dengan motor. Bahkan di beberapa bagian daerah mungkin harus menyeberang sungai karena tidak tersedia jembatan penyeberangan.

Dalam membenahi semua itu, tentu tidak akan terlepas dari anggaran. Maka saya akan MEMANTAU dengan KERAS setiap mata anggaran, barangsiapa kedapatan menyelewengkan atau korupsi, pasti saya PECAT dan PIDANAKAN. Selama sisa masa jabatan saya, akan saya pastikan anggaran dipergunakan dengan efisien, tidak ada kebocoran.

Saya kemudian, akan membuat kurikulum baru, yang ramah anak. Seperti apa itu ? ... Yang jelas bukan menambah jam belajar menjadi full day, tetapi justru ingin merampingkan mata pelajaran. Kalau perlu sejak kelas 1 SMP sudah langsung penjurusan, IPA, IPS dan BAHASA. Sehingga anak hanya belajar pelajaran yang diminatinya saja ditambah pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Moral/ Agama. Sebab buat apa anak pelajari materi yang tidak diminatinya ?

Bukankah manusia dilahirkan dengan minat yang tidak sama ?. Sekolah seharusnya membantu anak mengembangkan minat itu, bukannya menjejali anak dengan berbagai mata pelajaran, yang terkesan hanya sekedar untuk memenuhi jam belajar yaitu jam 07.00 - 14.00 (terlalu lama). Saya akan pastikan, kurikulum yg saya buat itu akan tetap cocok 50 tahun ke depan. Sehingga tidak akan terjadi, ganti Menteri, ganti aturan. Saya juga akan pastikan buku pegangan (buku cetak) anak untuk dapat dipergunakan oleh adik2nya, bukan seperti sekarang, orangtua yang punya dua anak saja (yang sesuai program KB pemerintah), harus tiap tahun beli buku baru, tentu saja ini memberatkan ekonomi orangtua.

Saya juga akan memberikan batas bawah dan batas atas uang sekolah anak untuk sekolah swasta, sehingga sekolah tidak bisa semena-mena menentukan besaran uang sekolah anak, karena sekolah adalah pendidikan bukan arena bisnis. Jadi sekolah harus menentukan besaran uang sekolah berdasarkan level/ kelengkapan fasiltas, seperti Hotel, ada Melati, Bintang satu, Bintang tiga atau bintang lima, tergantung dari fasilitasnya. Sehingga orangtua bisa menyesuaikan kemampuan keuangannya dengan level sekolah. 

Khusus sekolah negeri, besaran uang sekolah akan ditentukan dengan aturan khusus, tidak semata-mata kelengkapan fasilitas, karena sekolah negeri mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Saya juga akan membangun sekolah negeri baru, untuk daerah yang kurang. Gaji Guru-guru akan mendapatkan gaji yang layak, sesuai UMR. 

Sekolah adalah tempat mempersiapkan anak untuk membangun negeri. Negeri akan kuat apabila keluarga kuat, keluarga akan kuat apabila mempunyai anak-anak yg terdidik baik. Jadi kita selaku penyelenggara berperan penting untuk hal itu. Maka harus ada ketulusan. Jika di dalam pikiran kita telah di rasuki bisnis (tidak tulus lagi), maka rusaklah pendidikan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun