Mohon tunggu...
Ahmad Imam Sya'roni
Ahmad Imam Sya'roni Mohon Tunggu... -

Kuliah Di bidang Geodesi\r\nAktif di bidan sosial politik baik internal maupun eksternal saat di universitas.\r\n\r\nSaat ini bekerja di Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang IT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah PKI Ingin Melakukan Kudeta Pada Akhir September 1965

19 September 2012   06:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 4004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Komunis Indonesia, Paham sosialis sempat berkembang pesat di Indonesia. Sebuah paham yang menjunjung semua manusia memiliki hak yang sama serta sama-rata sama-rasa sepertinya begitu dirindukan oleh masyarakat Indonesia pada saat itu. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang sudah jenuh merasakan penjajahan yang berlangsung selama berabad-abad sehingga kondisi seperti inilah yang diidam-idamkan. Seiring berjalannya waktu karena paham ini banyak memiliki pengikut di Indonesia, pada pemilu 1950 PKI mendapat suara terbanyak No.4 dengan perolehan kursi sebanyak 39 kursi dari 257 kursi yang diperebutkan. Perjuangan PKI yang antikapitalis membuat partai ini memiliki posisi yang semakin kuat sebagai partai nasional. Perserikatan buruh mulai menguasai perusahaan-perusahaan belanda. Penguasaan ini merintis nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. *** Pada akhir September 1965, "menurut sejarah Indonesia" , terdapat kelompok yang menyebut dirinya sebagai GERAKAN 30 SEPTEMBER melakukan kudeta pemerintahan Soekarno. Angkatan bersenjata menuduh PKI sebagai dalang peristiwa tersebut. Gerakan tersebut melakukan penculikan terhadap 6 jenderal angkatan darat kemudian dibunuh secara kejam. Berdasarkan informasi yang berkembang, jenderal-jendeal tersebut dibunuh secara perlahan. Dengan di silet anggota-anggota tubuh nya dengan diiringi penari wanita setengah telanjang. Namun berdasarkan hasil otopsi dokter, tidak ada bekas luka silet dianggota tubuh para korban. Kesulitan memahami G30S adalah karena gerakan tersebut sudah kalah sebelum berperang, yaitu sebelum kebanyakan orang indonesia mengetahui keberadaanya. Gerakan 30 September tumbang secepat kemunculannya. Pada peristiwa ini terdapat beberapa kejanggalan. PKI adalah partai besar, mungkinkah partai terbesar ke-3 melakukan kudeta bodoh seperti yang dilakukan pada 1965 tersebut. Disamping itu PKI adalah partai dengan beranggotakan masyarakat sipil tanpa militer. Apakah mungkin partai sipil seperti PKI melakukan kudeta tanpa mendapat dukungan dari militer. Menurut rossa dalam bukunya pretex and mass murder mengatakan bahwa Suharto menggunakan G-30-S sebagai dalih untuk merongrong legitimasi Sukarno, sambil melambungkan dirinya ke kursi kepresidenan. Pengambilalihan kekuasaan negara oleh Suharto secara bertahap, yang dapat disebut sebagai kudeta merangkak, dilakukannya di bawah selubung usaha untuk mencegah kudeta. Kedua belah pihak tidak berani menunjukkan ketidaksetiaan terhadap presiden. Jika bagi Presiden Sukarno aksi G-30-S itu sendiri disebutnya sebagai “riak kecil di tengah samudra besar Revolusi [nasional Indonesia],” sebuah peristiwa kecil yang dapat diselesaikan dengan tenang tanpa menimbulkan guncangan besar terhadap struktur kekuasaan, bagi Suharto peristiwa itu merupakan tsunami pengkhianatan dan kejahatan, yang menyingkapkan adanya kesalahan yang sangat besar pada pemerintahan Sukarno. Pencucian otak pun dilakukan oleh Soeharto, pembuatan monumen pancasila sebagai pembuktian dari gagalnya G30S yang ingin merusak nilai2 pancasila dengan menampilkan jenderal-jenderal terbunuh, relief dinding yang menggambarkan cerita pembunuhan yang mengerikan serta pencekokan film G30S selama berjam-jam dan menjadi tontonan wajib Warga Indonesia.

13480375301167575474
13480375301167575474
Monumen Kesaktian Pancasila

1348037559928782904
1348037559928782904

Film Gerakan 30 September sebagai tontonan wajib Warga Indonesia

*** Peristiwa ini pun tak lepas dari campur tangan Amerika serikat. Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia pada 1965, Marshall Green, berpendapat bahwa G-30-S merupakan salah satu saat paling berbahaya bagi AS semasa perang dingin. Ia menafsirkan gerakan itu sebagai “usaha kudeta komunis,” yang jika berhasil, dapat mengubah Indonesia menjadi negara komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet dan/atau Tiongkok. Washington menganggap kemungkinan jatuhnya pemerintah Indonesia di bawah kekuasaan komunis sebagai hari kiamat. Sikapnya mempertahankan garis melawan komunisme di Indocina antara lain didorong keinginan melindungi Indonesia. Dalam logika teori domino, negeri-negeri Indocina yang relatif tidak begitu strategis harus diamankan dari komunisme agar negeri-negeri yang lebih penting di Asia Tenggara dapat dipagari dari pengaruhnya. Jadi bisa ditafsirkan, Amerika tidak bersih dari kasus Gagalnya gerakan G30S. Selamat berfikir.... :))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun