Mohon tunggu...
Ahmad Imam Sya'roni
Ahmad Imam Sya'roni Mohon Tunggu... -

Kuliah Di bidang Geodesi\r\nAktif di bidan sosial politik baik internal maupun eksternal saat di universitas.\r\n\r\nSaat ini bekerja di Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang IT

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenaikan Harga BBM 1 April 2012 Bukanlah Keputusan yang Tepat

13 Maret 2012   08:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:08 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal April 2012 sebenarnya sudah pernah kita rasakan pada pertengahan tahun 2008 yang mencapai Rp.6000,00. Namun harga ini kemudian turun lagi pada akhir 2008.

Tabel 1. Kenaikan Harga BBM Indonesia

(Sumber:wikipedia.org)

Kenaikan harga BBM yang rencananya akan dilakukan pada tanggal 1 April 2012 adalah karena kenaikan harga minyak mentah dunia. Dalam beritaINILAH.COMsebelumnya, harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Rabu (7/3/2012) di Asia dengan keputusan China meningkatkan impor minyak tahun ini. Minyak AS jenis light sweet naik 44 sen menjadi US$105,14 per barel melalui transaksi elektronik di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman April. Sementara minyak jenis Brent naik 36 sen menjadi US$122,34 per barel di London.

Kondisi yang menjadi dasar kenaikan harga BBM di Indonesia sama seperti kenaikan-kenaikan sebelumnya yaitu naiknya harga minyak mentah dunia. Setiap kali ada kenaikan harga minyak dunia selalu saja diikuti dengan kenaikan harga BBM. Ini dikarenakan Indonesia belum bisa independent meskipun Indonesia sebagai sumber minyak. Saat ini 90% produksi minyak Indonesia dikuasai oleh perusahaan asing. Pada awal Juli 2011 lalu produksi minyalk Indonesia sempat anjlok berada di angka 906.000 bph. Hal tersebut sangat jauh dari target produksi di tahun 2011 sebanyak 970.000 bph.

Seperti kelaparan di lumbung padi, inilah Indonesia. Negara yang diberikan kekayaan minyak yang melimpah, namun disana sini masyarakat harus membentuk barisan panjang demi mendapatkan bensin dan minyak tanah. Di depan-depan kantor wali kota juga kerap kali kita saksikan mahasiswa berkoar-koar meneriakkan penolakan kenaikan harga BBM yang dirasa mencekik rakyat miskin. Tak sepatutnya hal ini terjadi.

Seharusnya pemerintah tidak perlu tiba-tiba mengambil langkah menaikan harga BBM untuk menghadapi kenaikan harga minyak mentah dunia. Ada banyak opsi lain, mengingat kita adalah produsen minyak, tapi belum maksimal. Hal–hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah mengahadapi kasus ini adalah:

  1. Meningkatkan produksi minyak mentah serta proses pengolahan minyak mentah menjadi minyak yang siap pakai. Bukan meningkatkan jumlah investor asing atau malah mengimpor pertamax dan mewajibkan rakyat memakai pertamax.
  2. Mengurangi pengeluaran yang dirasa mengada-ada seperti perbaikan toilet DPR yang memakan biaya hingga 8 Miliar. Mobil mewah pejabat yang mencapai satu Miliar dan rencana pembangunan gedung DPR yang memakan biaya 1,31 Triliun, kursi pejabat yang mencapai 28 juta.
  3. Meningkatkan dukungan terhadap pengembangan energi alternatif seperti biodiesel. Sebenarnya sudah terlalu banyak hasil PKM teman-teman kita yang sangat berharga mengenai energi alternatif namun hanya menjadi bahan koleksi yang tak ada implementasiannya.
  4. Bersikap tegas terhadap koruptor yang semakin hari semaakin menjadi. Kasus dana, gayus, project wisma atlet, hambalang bahkan century yang sampai saat ini tak tau di mana ujungnya.

Dengan langkah-langkah yang seperti tersebut di atas maka Indonesia tidak perlu kelabakan seperti gajah yang kehilangan gading saat ada kenaikan harga minyak mentah. Indonesia tidak boleh terlalu bergantung dengan fluktuasi harga minyak mentah. Harga minyak dunia penuh dengan politisasi dan Indonesia akan selalu menjadi korban jika tidak ada langkah konkret dan tegas untuk melawannya.(AIS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun