Mohon tunggu...
Roni Patihan
Roni Patihan Mohon Tunggu... Guru - Alumni LIPIA Jakarta, pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh, Sumatera Barat

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beberapa Fakta Unik Proklamasi Kemerdekaan RI yang Jarang Diketahui

19 Agustus 2024   10:40 Diperbarui: 19 Agustus 2024   10:45 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agutus 1945 adalah peristiwa sejarah maha penting bagi bangsa kita. Itulah awal revolusi kemerdekaan yang mengakibatkan perang dan pertumpahan darah melawan Belanda yang sekali lagi ingin menjajah negera kita.

Belanda baru secara resmi baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, empat tahun setelah Indonesia memproklamasi kemerdekaannya. Pengakuan ini dilakukan saat penandatanganan penyerahan kedaulatan di Istana Dam, Amsterdam, sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag.

Jika kita baca lagi sejarah detik -- detik Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 itu, kita akan menemukan beberapa fakta unik dan menarik, yang barangkali belum kita ketahui sebelumnya, diantaranya:

  • Tanggal 17 Agustus dipilih sendiri oleh Soekarno. Itu direncanakannya saat perjalanan pulangnya dari menghadap Jendral Terauchi, Panglima Tertinggi Pasukan Jepang di Asia Tenggara, di dekat kota Saigon, Vietnam.
  • Soekarno memilih tanggal 17 Agustus, karena menurutnya angka 17 adalah keramat dan suci. Alqur'an diturunkan tanggal 17 Ramadan, orang Islam shalat 17 rakaat sehari, tanggal 17 Agustus jatuh pada hari Jum'at, salah satu hari suci umat Islam. Soekarno menyakini tanggal 17 Agustus adalah pilihan Tuhan.
  • Soekarno sebenarnya merasa kurang sehat di pagi itu,  ia menderita demam. Sudah berhari -- hari Soekarno kurang istirahat, ia keletihan.
  • Upacara pagi itu tanpa protokol sama sekali, tidak ada seoranpun yang ditugaskan untuk melaksanakan apa. Semua yang terjadi di pagi hari bersejarah itu terjadi tanpa ada sebuah rencana.
  • Karena tidak ada protokol dan rencana, hadirin yang hadir terdiam saat bendera Merah Putih akan dikibarkan. Mereka diliputi pertanyaan, siapa yang akan mengibarkan bendera? Adalah Latif Hendraningrat, diantara yang hadir yang memakai seragam dan berdiri di dekat tiang, mengambil inisiatif untuk mengibarkan bendera Merah Putih sendirian.
  • Lagu Indonesia Raya dinyanyikan setelah Bendera Merah Putih dikibarkan.
  • Suara Soekarno saat pembacaan naskah Proklamasi yang biasa kita dengar adalah rekaman suara yang direkam di kantor RRI 5 tahun setelah itu. itu adalah inisiatif Jusuf Ronodipuro, salah satu pendiri RRI.
  • Lokasi pembacaan proklamasi awalnya direncanakan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) Jakarta Pusat. Atas alasan keamanan kemudian dipindahkan ke halaman rumah kediaman Soekarno.
  • Pengeras suara yang digunakan Soekarno adalah hasil curian dari stasiun radio milik Jepang.
  • Tiang bendera ditancapkan baru beberapa saat sebelum upacara dimulai. Tiang bendera itu terbuat dari bambu
  • Bendera pertama Republik adalah jahitan tangan Ibu Fatmawati, istri Soekarno. Bendera itulah yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan.
  • Saat upacara proklamasi sudah selesai dilaksanakan ada seratusan pemuda yang datang terlambat dan meminta Soekarno untuk membacakan proklamasi sekali lagi, namun Soekarno menolaknya. Hatta kemudian tampil dan memberikan amanat singkat.
  • Foto -- foto detik -- detik kemerdekaan yang kita lihat adalah hasil jepretan dua jurnalis foto atau fotografer Alexius Impurung Mendur dan adiknya, Frans Soemarto Mendur. Hanya mereka berdua fotografer yang hadir saat momen bersejarah itu.
  • Sayangnya foto -- foto yang diambil Alex, meski jumlahnya lebih banyak, semuanya dirampas Jepang. Kita sampai kini tidak tahu nasib foto -- foto itu.
  • Sementara Frans meski hanya mengambil 3 gambar, ia berhasil menyembunyikannya di bawah pohon kantornya. Gambar -- gambar milik Frans dimuat harian Merdeka edisi 20 Februari 1946, 6 bulan setelah kemerdekaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun