"Cobalah mendaki Puncak Gagoan Pak, hanya 15 menit. Di atas puncak ada padang savana yang memanjakan mata. Spot foto terbaik ada di pucaknya."
Bismillah, saya, istri dan Nadia mencoba mendaki. Memang tidak mudah. Meski jalannya sudah dibuat tangga dan tali tempat berpegangan, jalannya curam dan menanjak, beberapa bagian ada bebatuan tajam. Jalan itu hanya muat utk 1 orang dan mesti berhenti jika berpapasan.
Baru 5 menit mendaki istri sudah menyerah. Melihat jalan yang semakin curam dan mendaki, lututnya lunglai, semangatnya padam.
"Ayo Yah, kita daki sampai ke puncak." Anak perempuan saya ini nampaknya tetap semangat. Dia abai terhadap bahaya yang mengintai. Jalanan yang curam itu sebenarnya belum cocok untuk anak seusianya. Sebelah kanan jalan, jika terpeleset, ada jurang dalam menanti.
"Tidak nak, Ummahmu sudah menyerah, kita sampai di sini saja. In shaa Allah lain waktu kita taklukkan puncak itu."
Hari itu, kami hanya sampai di pinggangnya saja, lalu berfoto beberapa gambar. Kami kembali dan turun.
"Nanti kita balik lagi Yah, kita ajak Alif." Alif, anak saya yang pertama, tidak ikut karena sedang ada kegiatan di sekolahnya.
In shaa Allah, lain waktu kita ke sini lagi ya." Saya belum hendak memadamkan semangat anak gadis saya itu.
Ya, in shaa Allah kami akan kembali suatu hari nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H