Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta didirikan tahun 1980, awalnya bernama Lembaga Pendidikan Bahasa Arab (LPBA) dan berlokasi di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat.
Tiga tahun sejak berdirinya, LPBA berubah nama menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, disingkat LIPIA. Dan hari ini, konon, berganti nama lagi menjadi Instititut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (IIPIA). Agak ganjil juga disebut jika disingkat.
Waktu saya mahasiswa LIPIA dulu, saya kadang - kadang turut hadir pada seminar atau pengajian yang sering diadakan di Gedung Menara Dakwah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Jalan Keramat Senen, Jakarta Pusat.
Lembaga Dakwah ini didirikan oleh salah satu mantan Perdana Mentri Indonesia, M. Natsir. Beliau salah satu tokoh favorit saya, kelahiran Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat.
Dari seminar dan pengajian inilah saya mendapatkan cerita, bahwa pendirian LIPIA Jakarta dan ramainya pemuda muslim yang belajar ke Arab Saudi, ada andil M Natsir di dalamnya.
Sampai hari ini, jika ingin kuliah di salah satu universitas di Arab Saudi, salah satu tadzkiyah (surat rekomendasi) yang paling sakti, adalah tadzkiyah dari DDII Pusat itu.
Pernah Raja Faishal, Raja Kerajaan Arab Saudi waktu itu, karena begitu kagumnya dengan ketokohan dan kesederhanaan M. Natsir, ingin menghadiahi M. Natsir sebuah mobil Jerman merek Mercy, yang mewah dan mahal.
Tapi M. Natsir menolaknya, dan meminta Raja Faishal untuk lebih banyak lagi memberikan kuota pelajar Indonesia untuk belajar di kampus Arab Saudi.
Permintaan itu dipenuhi Raja Faishal, dan bahkan malah membuka cabang Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh di Jakarta, yang kemudian juga menjadi cikal bakal cabang Universitas itu di beberapa negara lain di dunia.
Cabang Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh di Jakarta itulah yang hari ini bernama LIPIA Jakarta, yang juga sudah memiliki cabang di Aceh, Medan dan Surabaya. Dan, sebentar lagi in shaa Allah, akan dibuka satu cabang LIPIA lagi di Padang, bekerjasama dengan Universitas Negeri Padang (UNP).
Hari ini LIPIA berlokasi di Jalan Buncit Raya, Jakarta Selatan, persis di dekat kantor Republika. Jika kita telusuri ujung dari Jalan Buncit Raya itu, kira - kira 20 menit perjananan naik Bus Way, kita akan sampai di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta Selatan, kebun binatang nomor dua terbesar di dunia.
Tentu tidak untuk bisa mudah kuliah di LIPIA Jakarta itu. Zaman saya dulu, pendaftran dibuka pukul 08.00 WIB, kita sudah mengantri di gerbang masuk LIPIA sejak bakda subuh, itupun sudah ramai oleh pendaftar. Dari ribuan pendaftar, yang diterima hanya 120 orang saja.
Ada banyak tokoh yang pernah belajar di sini, seperti; Ustadz Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat 2008 - 2018), Ustadz Asrarun Ni'am Sholeh (Guru Besar UIN Jakarta), Ustadz Cholil Nafis (Ketua MUI Pusat), Ustadz Erwandi Tarmidzi (pakar Ekonomi Syariah), Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri (Dai Nasional), Ustadz Arifin Nugroho dan Ustadz Ahmad Ridwan (Dai Trans Media), dan banyak lagi.
Tiga nama tersebut terakhir adalah kakak kelas saya dan saya pernah berjumpa dengan mereka sewaktu kuliah dulu.
Alumni LIPIA banyak yang jadi pendidik, guru, motivator, dai, dosen, guru besar, mendirikan pesantren, mudir pesantren, pengusaha, politisi, bekerja di pemerintah, penerjemah dan banyak lagi profesi lainnya.
Tentu banyak sekali kelebihan kuliah di LIPIA Jakarta.
Kita bisa merasakan kuliah dengan muqarrar (kurikulum) kampus Arab Saudi, meskipun terletak di Indonesia, kuliah disampaikan dalam bahasa Arab Fushah, diajar oleh dosen - dosen terbaik dari Timur Tengah dan beberapa dosen Indonesia yang pernah kuliah di Timur Tengah. Kuliah gratis dapat beasiswa sampai tamat, kitab - kitab belajar diberikan gratis, dan banyak lagi.
Perpustakaannya sangat besar dan luas. Konon terbesar di Indonesia dalam hal koleksi kitab berbahasa Arab.
Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada Kerajaan Arab Saudi yang terus menerus memperhatikan dan mensubsidi keberadaan LIPIA hingga kini. Semoga Allah juga berikan keberkahan yang sama kepada para guru kami, para dosen dan Asatidz LIPIA. Khidmah mereka pada umat ini, tidak bisa dibalas dengan sesuatu apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H