Barangkali memang begitulah pribadi melankolis. Mereka pandai bermain kata - kata. Mereka adalah pembuat cerita yang mahir. Mereka mengungkapkan perasaannya lewat kata - kata yang ditulisnya.
Dan mereka adalah seorang yang sangat peduli. Memiliki empati dosis tinggi. Mereka adalah pembela keluarga yang sangat loyal. Mereka sangat peka dan hatinya gampang terluka. Mereka juga seorang perfeksionis yang mudah protes pada hal - hal yang kelihatan menyimpang dari yang seharusnya.
Begitulah anak saya yang nomor dua itu. Seorang anak perempuan melankolis yang saya tidak tahu persis dari mana watak ini dia warisi. Ibunya justru seorang yang suka berbicara lantang apa adanya, dan  susah menyembunyikan perasaan dan gejolak jiwanya.
Saya sendiri, meski kadang - kadang pandai menuliskan kata - kata bak pujangga, tapi saya lebih senang menyampaikan sesuatu secara langsung saja. Saya pribadi yang terbuka.
Setelah mendapatkan dua surat itu, saya memintanya untuk berhenti sejenak menuliskan surat untuk saya. Hanya berhenti sejenak saja. Bukan karena saya tidak ingin membacanya, atau saya tersinggung dengan apa yang diungkapkannya dalam surat itu. Saya hanya ingin anak saya itu menjadi pribadi yang terbuka.
Orang - orang melankolis kadang cenderung tertutup. Pintar menyembunyikan perasaan dan maksud hatinya dari orang lain.
Bahwa kepandaiannya dalam menulis surat itu, merangkai kata demi kata, saya justru malah mengapresiasinya. Yang saya minta untuk berhenti adalah, jangan lagi menulis surat untuk ayahnya saja. Tulislah sebuah tulisan tentang tema yang lain. Bukalah fikiran dan hatinya untuk hal - hal lain yang lebih luas.
Sayapun ingin anak saya itu menjadi seorang pencerita yang baik. Seorang yang pandai menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain secara langsung. Agar orang dapat segera merespon apa yang tersembunyi di dalam hatinya.
Entahlah, apakah saya akan berhasil menggapai maksud dan tujuan itu, entah tidak. Wallahu a'lam.
Anak saya itu tetap gemar membaca dengan bacaan yang beragam. Saat saya sedang membaca atau menulis, dia kadang - kadang duduk di kursi di samping saya untuk menemani saya sampai ia merasa bosan, dan terus pergi meninggalkan saya.
Di kali terakhir saya bersamanya, saat saya menuliskan ini, saya sedang mendengarkan lagunya Virgoun, "Surat Cinta untuk Starla."