Hatta pernah masuk penjara Rotterdam, salah satu sebabnya, gara - gara tulisannya yang banyak mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
Akan tetapi tulisan Hatta yang paling dikenal sejarah kemudian adalah sebuah naskah pidato yang berjudul "Indonesia Vrij" (Indonesia Merdeka). Itu adalah pidato pembelaan Hatta yang ditulisnya di sebuah ruang penjara sempit, yang dibacakannya di hadapan pengadilan tiga setengah jam lamanya.
Pidato itu menjadi salah satu manifesto politik Indonesia yang paling monumental, karena dibacakan persis di ulu hati kekuasaan kolonial Belanda, dan langsung menikamnya dengan sangat keras. Pidato itu jugalah yang melambungkan nama Hatta dan membuatnya terlibat langsung dalam dunia politik untuk kemerdekaan Indonesia bersama dengan tokoh - tokoh bangsa yang lain.
Pengorbanan Hatta untuk Indonesia
Barangkali memang sudah ditakdirkan, Hatta akan menjadi tokoh bangsa yang mengabdikan hidupnya untuk Indonesia, yang karena perjuangannya ia akan ditangkap Belanda sekali lagi dan terus terjadi beberapa kali lagi sesudah itu.
Setelah meraih gelar sarjana dalam bidang ilmu perdagangan dan bisnis di Nederland Handelshogeschool atau Rotterdam School of Commerce, yang kini menjadi Erasmus Universiteit di tahun 1932, Hatta pulang ke Indonesia. Namun naas, dua tahun kemudian ia ditangkap Belanda dan diasingkan Ke Boven Digul (sebuah penjara alam yang dibuat tergesa - gesa oleh pemerintah kolonial Belanda, terletak dekat  kota Merauke Papua), bersama Sutan Sjahrir  selama satu tahun,  untuk diasingkan lagi ke Banda Neira, sebuah negeri yang indah di Maluku, selama enam tahun lamanya.
Tapi yang terkenal dari seorang Hatta adalah sumpahnya yang kemudian benar - benar diwujudkannya, bahwa ia tidak akan menikah kecuali setelah Indonesia merdeka. Lihatlah tekad perjuangan Hatta dari sumpah itu. Ini sumpah yang sangat langka. Para pejuang kemerdekaan jelas mencintai negaranya, bersedia berjuang untuknya, rela berkorban deminya. Tapi mengorbankan pernikahan dan cinta demi sebuah kemerdekaan, hanya Hatta seoranglah yang pernah melakukannya.
Hatta menikah di November 1954 saat usianya menginjak 43 tahun dengan seorang gadis Jawa Barat bernama Rachmi Rahim, yang berusia 24 tahun lebih muda darinya, persis 3 bulan pasca Soekarno bersama Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Soekarnolah aktor di balik pernikahan itu, yang mulai gusar melihat sahabatnya itu masih membujang berbulan - bulan setelah Indonesia merdeka. Uniknya mahar pernikahannya adalah sebuah buku yang ditulis Hatta sendiri berjudul "Alam Pikiran Yunani." Buku itu lahir saat Hatta sedang diasingkan Belanda di Boven Digul Papua.
Memang Hatta seorang pejuang sejati, seorang patriot yang langka. Pernikahannya dan mahar pernikahan itu melambangkan kecintaan Hatta pada buku - buku dan ilmu pengetahuan, itulah juga yang mengantarkan Indonesia menggapai kemerdekaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H