Mohon tunggu...
Roni Fadli
Roni Fadli Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Pengalaman adalah proses pembelajaran untuk menghadapi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Pikiran Positif di Tengah Pandemi Dalam Menjalani Work Frome Home (WFH)

17 Juni 2020   22:12 Diperbarui: 8 Juli 2020   01:15 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejak WHO menetapkan Covid 19 sebagai pandemi global, virus corona menjadi momok manakutkan bagi seluruh negara. Mengingat virus ini penyebarannya sangat cepat dan dengan mudahnya tersebar melalui udara. 

Berdasarkan data dari CSSE Johns Hopkins University per tanggal 4 Juni 2020 total jumah kasus positif corona di dunia mencapai 6.514.359 jiwa. Sementara khusus nya di negara kita Indonesia menurut  data dari  Gugus Tugas Covid 19 per tanggal 4 juni 2020 sebanyak 18.205 jiwa.

Data – data tersebut sungguh membuat kita tercengang, siapa sangka yang awal kemunculannya kita menganggapnya hanya ada di Wuhan ternyata akhirnya sampai juga ke negara kita.

Pemerintah Indonesia terus mengkampanyekan menerapkan kebijakan yang menghambat laju pergerakan dengan memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan menerapakan Social Distancing dan Work From Home (WFH). Banyak juga dari publik figur yang ikut membantu mengkampanyekan aturan dari pemerintah tersebut.

Rasa - rasa nya kalau kita melihat hampir setiap hari data data tersebut entah di media massa atau media elektronik bisa menciptakan pikiran negatif dalam pikiran kita. Ada  semacam kecemasan, ketakutan ditambah lagi tempat bekerja kita berhenti beroperasi hingga akhirnya dirumahkan bahkan dapat jatah kuota pengurangan karyawan.

Memang ini kondisi yang kita tidak inginkan, tapi ingat pandemi covid 19 ini datangnya dari Allah. Setidaknya kita melihat dari 2 perspektif.

Sebagai ujian bagi orang-orang beriman yang terus melakukan amal shalih dan sebagai cobaan bagi orang-orang yang melakukan dosa. Semoga danya pandemi ini sebagai wadah instropeksi diri bagi kita manusia yang penuh khilaf dan salah.

Bayangkan saja virus corona sebesar 400-500 micro yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, ini menjadi bukti tanda kekuasaan Allah. Allah Subhanahu Wata a’la berfirman  إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS Ali Imron : 190).

Oleh karena itu kita sebagai orang beriman dituntut ikhtiar dibarengi dengan tawakkal untuk menghadapi pandemi ini. Ikhtiar sendiri yang berarti berusaha sementara tawakkal yang berarti bersabar. Dengan kita ikhtiar dan dibarengi dengan tawakkal dapat memberi pikiran positif agar terus kita bisa bangkit dari keterpurukan.          

Sebagian masyarakat mulai dirundung pikiran yang negatif mereka tidak bisa berfikir bagaimana cara agar bisa bangkit selama pandemi ini. Tentu saja bukan tidak ada hal yang menjadi sebab.

Sektor yang terasa dampak psikologisnya berkaitan dengan pemutusan kerja dibeberapa perusahaan dan pembatasan baik sosial maupun ekonomi membuat sebagian besar masyarakat khawatir akan masa depan mereka.

Berbarengan dengan akan adanya momen idul fitri yang sebelumnya diharapkan akan mendongkrak daya beli masyarakat menjadi sebuah ironi kelesuan perekonomian.

Pikiran positif menjadi penawar ketika kita menghadapi pandemi corona selama WFH. Mengingat WFH kita dituntut beraktifitas didalam rumah baik pekerjaan, sekolah maupun kuliah. Semua dilakukan secara daring dan ini membuat sebagian orang bosan dengan aktifitas yang monoton.

Apalagi budaya orang indonesia yang selalu bergerak entah itu ke mall sekedar cari makan atau nonton bioskop, jalan-jalan keluar kota untuk refreshing atau hanya sekedar ngopi bersama teman-teman untuk menghilangkan kejenuhan.

Oleh karena itu pikiran positif mutlak harus kita jaga itu semata-mata dalam rangka kita ikhtiar dan tawakkal . Karena kita manusia punya batasan jenuh yang harus di netralisir agar hidup kita produktif dan terus bermanfaat terutama untuk diri kita sendiri lalu orang sekitar kita. Berikut cara membangun pikiran positif di tengah pandemi :

Berprasangka Baik 

Ditengah pandemi saat ini kita harus selalu melihat kebaikan – kebaikan yang terjadi di diri kita. Meski hanya persoalan kecil tapi dampaknya sangat membentuk suasana nyaman di pikiran kita. Misalnya kita dijanjikan usaha bersama oleh teman kita sebelum masa WFH, ternyata teman kita membatalkan nya dikarenakan kondisi pandemi saat ini belum kunjung usai. Hindari rasa kesal dan kecewa karena membuat pikiran kita negatif. Kita harus berprasangka baik dengan teman kita karena memang kondisi yang tidak memungkinkan.

Terus bersyukur

Sebagian orang seringkali membandingkan dirinya dengan orang lain yang hidupnya terlihat lebih bahagia. Hal bisa membuatnya iri, dengki, rendah diri, dan pikirannya menjadi kalut.

Oleh sebab itu, biasakan untuk bersyukur agar pikiran tetap positif dan hidup terasa lebih berarti. Anda dapat mensyukuri apa pun yang telah Anda miliki, baik keluarga, teman, pekerjaan, ataupun hal-hal lain yang membuat Anda bahagia. Apalagi kondisi saat ini ketika pandemi misalnya Tidak mendapati WFH justru diri kita mendapati bagian karyawan yang terkena dampak pengurangan karyawan. Kita bersabar dan terus bersyukur setidaknya kita mempunyai tabungan yang terkumpul pada saat kerja atau teman yang selalu setia membatu memotivasi pada saat kita membutuhkannya.

Terus kembangkan optimisme

Belajar berpikir positif ibarat menguatkan otot. Sebab, semakin Anda sering menggunakannya, maka semakin kuat pikiran tersebut. Salah satu cara berpikir positif yang harus Anda lakukan, yaitu mengembangkan optimisme ditengah WFH. Ketika memiliki rasa optimis, kita tidak akan takut gagal dan melihat suatu hal dengan positif. Namun, kita juga tidak boleh terlalu optimis secara berlebihan karena malah akan membuat Anda menjadi orang yang terlalu percaya diri. Misalnya kita terus mengikuti webinar yang banyak diadakan di banyak acara dan kita berkeyakinan untuk modal kita mencari relasi pekerjaan dan masih bayak hal lainnya.

Ikhtiar  dibarengi dengan tawakkal

Berbagai upaya daya dan upaya yang telah kita lakukan itu merupakan wujud dari sebuah ikhtiar di Masa WFH saat ini. Ini merupakan output dari pikiran positif yang sangat baik karena kita terus berusaha, beraktifitas agar selalu produktif. Tetap dibarengi dengan tawakkal agar segala aktifitas kita mendapatkan ridho dari Allah. Karena ada doa yang terus terpanjat mengharapkan rencana kita berjalan baik dan bernilai pahala. Insya Allah.

Mari kita berdoa agar pandemi virus Corona ini segera berakhir dan kita bisa beraktivitas seperti sedia kala dengan pola hidup normal. Aamiin.

Roni Fadli, S.E.,M.M.

dosen02328@unpam.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun