Kini, PDIP benar-benar dihadapkan pada dua pilihan yang cukup rumit. Gabung dengan partai-partai koalisi pemerintah atau tetap teguh dengan menjadi partai oposisi. Bagi PDIP, kedua pilihan itu sebenarnya pernah dirasakan. Partai berlambang banteng moncong putih itu bahkan pernah 10 tahun menjadi oposisi pemerintah. PDIP di kala itu dikenal sebagai sosok parpol yang kuat, handal dan teruji. Demikian pula jika berada dijalur pemerintahan. Dalam kurun 10 tahun terakhir, PDIP juga menikmati manisnya kursi kekuasaan.
Tapi perlu diingat, ada berjuta harapan dari para pendukung partai yang tenar dengan branding "partai wong cilik" itu untuk tetap teguh di jalur oposisi yang konstruktif terhadap demokrasi kita. Â Sungguh nikmat jika berada di kursi kekuasaan. Akan tetapi, aspirasi dari arus bawah tak bisa diabaikan begitu saja. Dengan menjadi oposisi, PDIP dapat melakukan kontrol dan kritik terhadap pemerintah.
Rakyat masih sangat membutuhkan wadah yang kokoh, partai petarung yang mampu mengimbangi kekuatan eksekutif. Paling tidak, partai yang benar-benar memiliki ideologi yang kuat, serta mampu menjadi basis "perlawanan" terhadap pemerintah, jika terbukti mengabaikan hak-hak rakyat. Ingat, peran oposisi menjadi penting terutama dalam memastikan pemerintahan berjalan sesuai garis kepentingan rakyat. Tapi itu semua tergantung sikap PDIP. Kita nantikan hasilnya!
M. Roni, mahasiswa program studi Ilmu Politik, Universitas Wahid Hasyim Semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H