Cilacap, (20/07/2020) Mahasiswa KKN Tim II Undip telah melaksanakan serangkaian kegiatan sosialisasi New Normal dan penerapan protokol kesehatan Covid-19 di kalangan santri masjid dan mushola Desa Wringinharjo, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap. Dibukanya tempat ibadah masjid dan mushola untuk beraktivitas kembali telah disambut dengan semangat oleh masyarakat yang sudah rindu akan nuansa ibadah secara berjamaah. Akan tetapi, semangat tersebut justru seringkali tidak disertai dengan kesadaran dan kepatuhan akan protokol kesehatan. Selain itu, kebanyakan masyarakat bahkan tidak mengetahui tentang arti New Normal dan justru menganggap dengan diperbolehkannya beraktifitas kembali menandakan bahwa virus corona telah berakhir.
Padahal, fakta di lapangan masih terus terjadi peningkatan kasus. Tercatat per tanggal (19/07/2020) menurut juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam konferensi pers di BNPB, terdapat 86.521 orang positif, dengan penambahan pasien meninggal sebanyak 127 orang dan menjadi yang tertinggi selama pandemi sejak 2 Maret 2020. Sedangkan orang meninggal mencapai 4.143 orang. Hal ini menandakan bahwa kasus virus corona belum serta merta menghilang, malah terus meningkat. Sehingga, pembukaan kembali tempat ibadah harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Agar niat ibadah yang bertujuan untuk menjaga bathin, tidak membahayakan lahir (fisik) dari Covid-19.
Berangkat dari masalah tersebut, diperlukan suatu upaya edukasi mengenai New Normal dan penerapan protokol kesehatan di tempat ibadah. Dengan menggandeng 6 santri perwakilan dari sekitar 60 santri Masjid Baitussalam dan 7 santri dari sekitar 35 santri Mushola Nurul Barokah untuk menjadi gugus tugas santri sadar Covid-19 tercetuslah program “Gerakan Santri New Normal : Upaya edukasi dan penjagaan diri kalangan santri dari wabah Covid-19 secara lahir dan bathin”. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi :
1. Sosialisasi bahaya Covid-19 dan protokol kesehatan di Masjid Baitussalam dan Mushola Nurul Barokah Desa Wringinharjo
Dalam sosialisasi dilakukan penjelasan mengenai bahaya Covid-19 dan protokol kesehatan era new normal di tempat ibadah. Mengenai pentingnya upaya atau ikhtiar yang harus dilakukan baik dari segi bathin dengan doa doa yang telah diajarkan selama mengaji, tanpa mengesampingkan upaya lahir seperti rajin cuci tangan, dan pemakaian masker sesuai dengan anjuran Majelis Ulama Indonesia dan Kementrian Kesehatan.
Selain itu, dalam sosialisasi juga dijelaskan bagaimana cara pembuatan produk kesehatan secara mandiri sesuai standar dari literatur WHO dan LIPI. Sosialisasi diadakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan penggunaan masker dan jaga jarak.
2. Pembuatan kelompok untuk produksi alat kesehatan handsanitizerdan desinfektan
Dalam sosialisasi tersebut juga sekaligus dibentuk kelompok Santri Sadar Covid-19 dan secara resmi dengan adanya legalisasi dari pemerintah Desa Wringinharjo dan Ketua Yayasan Baitussalam An Nahdliyyah, Wringinharjo sebagai penggerak penerapan protokol kesehatan dan penyediaan alat kesehatan di tempat ibadah. Pembuatan kelompok ini diharapkan sebagai inisiator untuk keberlangsungan dan keberlanjutan program Santri New Normal agar dapat lebih diterima dan dijalankan oleh semua jamaah.
3. Pembuatan produk handsanitizer dan desinfektan..
Pada minggu ketiga dilakukan pembuatan produk sesuai pembagian kelompok untuk setiap produknya. Adapun bahan-bahan yang digunakan menggunakan acuan literatur standar WHO dan Kementrian Kesehatan untuk pembuatan handsanitizer dan desinfektan.
Adapun bahan pembuatan handsanitizer 100 ml yang yaitu :
- 85 ml Alkohol 70 %
- 5 ml Jeruk nipis/limon
- 10 ml Lidah buaya
Alkohol digunakan sebagai komponen utama dalam handsanitizer, karena bersifat antiseptic yang baik dalam membunuh kuman dan bakteri. Kemudian ditambahkan dengan jeruk nipis sebagai pemberi aroma yang baik, dan juga menambah sifat antiseptik produk yang dihasilkan. Sedangkan lidah buaya sendiri dari sifat aloeveranya berfungsi sebagai pelembab, agar produk yang dihasilkan dapat aman disemprotkan di tangan dan tidak membuat kulit kering, mengelupas atau iritasi.
Foto pembuatan produk handsanitizer
Untuk pembuatan desinfektan digunakan bahan sebagai berikut :
- 20 ml larutan pembersih lantai hypoclorit acid
- 1000 ml air
Pembuatan desinfektan ditujukan untuk penyemprotan di area masjid, terutama dalam persiapan sholat jum’at dan sholat jamaah.
Foto pembuatan cairan desinfektan
Foto pembuatan cairan desinfektan
4. Pengaplikasian produk
Produk handsanitizer dan desinfektan yang telah dibuat secara mandiri oleh santri kemudian diaplikasikan secara langsung untuk persediaan di Masjid dan Musholah dimana mereka belajar mengaji serta para jamaah yang hendak beribadah.
Foto penyemprotan cairan desinfektan di area masjid
Foto penyemprotan cairan desinfektan di area masjid
Foto penyemprotan cairan desinfektan di area masjid
Dengan adanya gugus tugas santri sadar Covid-19 di Desa Wringinharjo, Kecamatan Gandrungmangu ini diharapkan dapat meningkatkan penerapan protokol kesehatan di tempat ibadah. Sehingga para jamaah, masyarakat dapat beribadah dengan rasa aman dan nyaman, menjaga batin tanpa membahayakan fisik dari wabah Covid-19.
Adanya pembentukan kelompok langsung dari perwakilan kelompok santri juga bertujuan agar himbauan lebih dapat diterima lebih luas oleh para jamaah karena titel santri dikenal baik dalam masyarakat. Sehingga, kelompok ini dapat menjadi influencer yang baik dalam meningkatkan penerapan protokol kesehatan.
Selain itu, dengan adanya kelompok dari internal santri juga lebih menjamin akan keberlanjutan program selama wabah pandemi. Dengan dibentuknya kelompok gugus tugas santri sadar Covid-19 ini akan lebih memudahkan dalam mengkoordinir penugasan dan tanggungjawab dari masing-masing kelompok maupun koordinasi dengan pihak pemerintah desa sewaktu waktu ada penyuluhan ataupun bantuan. Jadi, selama masih ada kelompok tersebut kegiatan akan tetap berjalan.
Adanya pembekalan praktik pembuatan handsanitizer, desinfektan dan masker bertujuan agar santri dapat memproduksi secara mandiri. Apabila sewaktu-waktu persediaan habis, kegiatan tidak berhenti tapi santri dapat memproduksi kembali.
Oleh : Roni Adi Wijaya
Editor : Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si., Ph.D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H