Mohon tunggu...
Roni Resky Pauji
Roni Resky Pauji Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Alumni Program Vokasi-Akuntansi Universitas Indonesia (UI) 2016. Volunteer at WikiDPR.org, Owner Online Shop ronskyone.goodstore.id Tulisan ku sederhana, hanya ingin berbagi cinta dalam sederet kata.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiga 'Basic Respects' untuk Berkontribusi bagi Bangsa

10 September 2014   07:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="610" caption=" http://pptq.org/wp-content/uploads/2013/08/kontributor-610x250.jpg"][/caption]

Berkontribusiadalah segala bentuk tindakan dan pemikiran yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama untuk emebangun bangsa, bisa dari hal kecil kemudian ke hal yang lebih besar. Dalam ajaran islam yang terdapat Al-Quran agar kita dapat berkontribusi untuk sesama;

beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat amal kalian itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian amalkan.” QS At-Taubah: 105

Berkontribusi, banyak orang yang belum melakukannya. Masih banyak pemuda-pemuda yang dalam hidupnya tidak ada tujuan ingin berkontribusi untuk bangsanya bahkan untuk hal kecil saja tidak. Mari kita lihat ke lingkungan sekitar kita apakah kita sudah mulai untuk berkontribusi? Untuk berkontribusi dapat dimulai dengan melengkapi diri kita dengan 3 Basic Respect yaitu:

1.Respect to the poeple

2.Respect to the time

3.Respect to the system

Respect to the people

Pada bagian inilah seorang manusia dilihat apakah dia memang orang yang peduli dengan sesamanya atau “cuek” dan tidak peduli. Untuk pemuda sekarang hal ini masih menjadi perhatian yang sangat pokok untuk disorot. Saya sebagai seorang pemuda yang berstatus mahasiswa sangat sedih mendengar cerita dari seorang pembicara yang kami undang dalam acara pengembangan diri. Ia mengatakan bahawa pemuda sekarang ini cenderung egois dan mementingkan kepentingan dirinya serta teman-temannya. Ada suatu hal yang ia sampaikan tentang ini yaitu pada saat iya di Kereta Api Listrik atau sekarang Commuter Line. Melihat begitu banyak pemuda di Commuter Line duduk namun terkesan tidak peduli dengan sekitarnya, yaitu dengan seorang wanita yang berumur 60 an lebih, mereka tetap saja membiarkannya berdiri, ada yang berpura-pura tidur, membaca koran dan kegiatan lainnya agar mereka tidak memberikan tempat duduk kepada wanita ini.

Cerita yang di sampaikan oleh pembicara ini sangat mirip dengan kejadianbeberapa waktu lalu yang menghebohkan media sosial “Path” tentang seorang gadis muda yang tidak memberikan kepedulian dengan orang yang sedang hamil di dalam Commuter Line yang penuh sesak itu. Bagaimana kita dapat berkontribusi? Hal sekecil ini saja sering terlewatkan oleh kita sebagai pemuda yang nantinya sebagai generasi penerus bangsa.

Respect to the Time

Ini juga menjadi hal pokok bagi kita sebagai pemuda, bagi banyak orang menganggap “Time is Money” tapi bagai kita waktu tidak ada artinya. Istilah yang saat ini nge-trend dikalangan pemuda adalah ‘jam karet’. Jam karet adalah istilah untuk waktu yang sering yang terbuang percuma karena terlambat menghadiri sesuatu acara, rapat atapun janji misalnya. Pertanyaaan yang keudian muncul adalah bagaimana pemuda dapat berkontribusi sedang terhadap waktu saja tidak dapat me-menage-nya dengan baik.

Respect to system

banyak pemuda yang masih belum memahami sistem atau “lingkungan” yang dimasukinya, ini jelas terlihat pada saat ia tidak suka dengan sistem tersebut kemudian menghindarinya, menjauh dan tidak mau menyesuakannya. Hal ini mungkin saja terjadi pda kita tampa kita sadari, mencari jalan untuk yang istana saja dengan tidak mau mengikuti sistem yang terkesan ‘ribet’ dan sulit untuk dilalui. Sekali lagi ini tentau sangat bertolak belakang dengan nilai kontribusi yang akan kita lakuakan nantinya. Ketika kita didalma sistem yang tiudak disukai., janga melawan dan menghidarinya. Namun, follow the rule hingga akhinya kita memengankan diri atas sistem itu. Dan jangan berpeikiran instans dengan tidak mengikuti sistem yang ada. Sesuatu yang Instanatau sesuatu yang kita dapatkan dengan cepat pmaka perginya juga akan cepat. Inilah yang disebut godaan pragmatis atas hal yang instan yang ingin didapatkan dan inilah sebenar-benarnya godaan dunia bukan bagi pemuda tapi untuk siapa saja.

Ketika Ketiga hal tersebut sudah mari kita siapkan diri untuk memasuki Kontribusi yang sebenarnya. Jangan pernah mengatakan untuk berkontribusi dalam hal yang besar jika Ketiga hal tersebut belum mampu dilakukan.

Ada seseorang peraih nobel yang akan saya singgung di sini terlepas dari umurnya, namun semangat dan niatlah yang dapat kita contoh untuk dapat berkontribusi. Ia adalah Profesor Muhammad Yunus yang meraih Nobel perdamaian pada tahun 2006. Program pengentasan kemiskinan yang dibuatnya, Bank Grameen dianggap Sukses.

Muhammad yunus lahir di Chittagong, Bangladesh. Ia kemudian belajar di Chittagong Collegiate School. Lau lanjut ke Chittagong College. Ia mendapatkan gelar Ph. D dari universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Disni juga ia menjadi profesor di bidang ekonomi hingga akhirnya sebuah peristiwa mengubah hidupnya. Saat itu ia sebagai dosen dan mahasiswanya berkunjung ke desa-desa miskin di Bangladesh. Betapa terkejutnya ia! Muhammad Yunus menyaksikan warga miskin di desa-desa berjuang agar dapat bertahan hidup dari kelaparan yang melanda. Seakan tertampar wajahnya! “ketika banyak orang sedang sekarat di jalan-jalan karena kelaparan, saya justru sedang mengajarkan teori ekonomi yang mengangkasa.”

“Saya mulai membenci diri saya sendiri karena bersikap arogan dan egois yang menganggap diri saya itu bisa menjawab persolan itu”dari rasa bersalah itu ia mulai mengembangkan konsep pemberdayaan kaum tak berpunya. Dengan 27 dollar AS dari uang pribadinya ia memulai. Dan kemudian denga perkembangan yang signifikan hingga akhirnya pada tahun 2002 Bank Grameen meluncurkan program baru yang menghebohkan. Bank ini memberikan pinjaman untuk pengemis sebesar 500 taka atau setara 9 Dollar AS dan pinjaman ini tidak menggunakan jaminan serta bunga-bungaan J apalagi dengan waktu yang fleksibel. Para peminjam ‘istimewa’ ini diberikan pin sebagai tanda pengenal dengan logo banksebagai bukti adanya bank yang mendukung usaha mereka melalui pinjaman tersebut.

Gerakan prof. Muhammad Yunus itu akhirnya menggoncang dunia. Lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di dunia menggunakan konsep tersebut sebagai model. Bahkan Bank Dunia yang menganggap gagasan ini ini sebelah mata ikut mencontoh gagasan kredit mikronya. Dan lebih dari 20 juta orang miskin di dunia terbantu dengan program kredit mikro ini. Maka tidak heran prof. Muhammad Yunus dan Grameen Banknya layak mendapat hadiah nobel perdamaian.

Itu adalah contoh besar Kontribusi seseorang bukan saja untuk negaranya namun dunia. Bagaimana denga Pemuda dan wirausaha muda? Berkontribusi dengan secepat dan semampu mungkin adalah caranya.Berkontri busi tidak harus besar namun dalam lingkup yang kecil akan lebih baik, bisa melaui apapun bahkan menulis di kompasiana membagikan ilmu dan wawasan serta cara pandang yang baik adalah kontribusi. Kontribusi Kecil untuk Perubahan Besar.

sumber: buku enak bener jadi orang pinter

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun