Perubahan iklim global membawa dampak serius bagi ekosistem kecil seperti Pulau Bawean. Dikutip dari website kehati (https://kehati.or.id/kenapa-hutan-berperan-penting-dalam-mitigasi-perubahan-iklim/) hasil laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), periode 2011-2020 mencatat lonjakan perubahan iklim yang sangat mengkhawatirkan. Dekade ini menjadi yang terpanas dalam sejarah, baik di daratan maupun lautan, dengan perbedaan suhu yang signifikan dibandingkan dekade sebelumnya..
Naiknya suhu rata-rata dan perubahan pola musim hujan dapat memengaruhi ketersediaan makanan untuk rusa Bawean Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Conservation International, perubahan iklim dapat mengurangi jumlah tanaman pakan seperti rumput dan dedaunan. Kekurangan pakan menyebabkan rusa harus keluar dari hutan, meningkatkan risiko konflik dengan manusia. Selain itu, musim kemarau yang lebih panjang juga membuat rusa lebih rentan terhadap kekeringan, yang mengurangi sumber air alami mereka.
2. Degradasi Habitat dan Fragmentasi Hutan
Dikutip dari website kehati https://kehati.or.id/satwa-langka-bukan-barang-ekonomi/ Â kepunahan dan hilangnya satwa langka serta keanekaragaman hayati di Indonesia bukan sekadar persoalan konflik antara manusia dan satwa. Di baliknya, terdapat cerita tentang kerusakan hutan dan lingkungan yang harus berhadapan dengan dominasi kepentingan ekonomi. Pulau Bawean mengalami degradasi habitat akibat konversi lahan hutan menjadi area pertanian dan pemukiman. Aktivitas manusia, seperti penebangan liar dan pembukaan lahan, mengurangi luas hutan yang menjadi tempat tinggal rusa.
Fragmentasi habitat juga membuat populasi rusa Bawean menjadi terisolasi dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi ini meningkatkan risiko inbreeding atau perkawinan sedarah, yang dapat menurunkan keragaman genetik mereka. Keragaman genetik yang rendah membuat rusa lebih rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.
3. Perburuan dan Konflik dengan Manusia
Meskipun dilindungi oleh hukum, kasus perburuan rusa Bawean masih terjadi. Rusa ini sering kali diburu untuk diambil ranggah serta dagingnya. Menurut (Nadlir, dkk 2022) dalam penelitianya menyebutkan bahwa penurunan populasi rusa Bawean disebabkan oleh praktik perburuan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Biasanya, rusa diburu untuk diambil ranggahnya yang digunakan sebagai hiasan, dan. Selain itu, konflik dengan manusia juga meningkat ketika rusa dianggap sebagai hama karena merusak tanaman pertanian.
Peran Penting Rusa Bawean dalam Ekosistem
Sebagai bagian dari ekosistem Pulau Bawean, rusa ini memiliki peran ekologis yang signifikan. Mereka membantu menyebarkan biji tanaman melalui kotoran mereka, sehingga berkontribusi pada regenerasi hutan. Selain itu, rusa Bawean berfungsi sebagai indikator kesehatan ekosistem. Penururnan populasi mereka dapat menjadi sinyal gangguan lingkungan seperti deforestasi atau eksploitasi berlebihan. Hal ini menunjukkan adanya masalah serius pada keseimbangan lingkungan.
Upaya Penyelamatan Rusa Bawean
Menyelamatkan rusa Bawean adalah tugas bersama yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi konservasi, hingga masyarakat lokal. Berikut beberapa inisiatif yang telah dilakukan: