Mohon tunggu...
Roni Setiyawan
Roni Setiyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pemimpi

Penulis Amatir.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kehati Indonesia : Menyelamatkan Rusa Bawean, Fauna Endemik yang Terancam Punah di Tengah Perubahan Iklim

11 Desember 2024   11:12 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkaran Rusa di Pulau Bawean (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Jejak Lestari Rusa Bawean di Tengah Ancaman Global

Indonesia, sebuah negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, adalah rumah bagi berbagai flora dan fauna unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Salah satu satwa yang mencerminkan kekayaan alam tersebut adalah Rusa Bawean (Axis kuhlii), spesies endemik yang hanya hidup di Pulau Bawean, Jawa Timur. Sayangnya, rusa Bawean kini berada di ambang kepunahan akibat berbagai tekanan, mulai dari perubahan iklim, aktivitas manusia, hingga kerusakan habitat.

Melalui tulisan ini, mari kita memahami ancaman yang dihadapi rusa bawean, upaya konservasinya, serta mengapa spesies ini penting bagi keseimbangan ekosistem dan identitas bangsa. Rusa bawean bukan hanya bukti nyata kekayaan keanekaragaman hayati (kehati) Indonesia, tetapi juga mencerminkan tantangan besar yang dihadapi satwa liar di era perubahan iklim dan tekanan manusia. #Kehati menjadi penanda penting dalam upaya pelestarian spesies ini.

Rusa Bawean: Mutiara dari Pulau Kecil

Rusa Bawean memiliki karakteristik fisik yang unik. Ukurannya relatif kecil dibandingkan rusa lainnya, dengan tinggi sekitar 60-70 cm dan berat rata-rata 50 kg. Tubuhnya ramping, dengan kaki yang kuat untuk beradaptasi dengan medan hutan di Pulau Bawean. Satwa ini merupakan nocturnal, aktif pada malam hari untuk mencari makan berupa dedaunan, rumput, dan buah-buahan, sementara siangnya dihabiskan untuk beristirahat di semak-semak lebat.

Keistimewaan rusa Bawean tidak hanya terletak pada fisiknya. Spesies ini dikenal sebagai monogami, yaitu hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Siklus hidup rusa ini sangat bergantung pada keutuhan habitat hutan Bawean yang menyediakan pakan dan perlindungan. Namun, kondisi ekosistem yang memburuk dan perubahan iklim telah mempersempit ruang hidup mereka. Hal ini berdampak besar pada kemampuan rusa Bawean untuk berkembang biak dan bertahan hidup.

Rusa Bawean: Ikon Asian Games yang Memanggil Kita untuk Bertindak

Sebagai maskot Asian Games 2018 dengan karakter "Atung," rusa mungil dengan tanduk khas pernah menjadi pusat perhatian dunia. Namun di balik gemerlap acara tersebut, kisah kelangsungan hidup rusa bawean menyisakan keprihatinan mendalam. Sebagai spesies yang dilindungi, rusa ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem Pulau Bawean. Namun, dengan populasi yang hanya tersisa sekitar 300 hingga 400 individu, menurut laporan IUCN (International Union for Conservation of Nature), rusa Bawean dikategorikan sebagai satwa kritis (Critically Endangered). Kehadiran Atung bukan hanya sekadar lambang olahraga, tetapi juga pengingat akan pentingnya melestarikan fauna langka Indonesia yang menghadapi ancaman serius.

Ancaman yang Membayangi Rusa Bawean

1. Perubahan Iklim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun