Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Jika Anakkmu Cucunya PKI

28 November 2018   22:06 Diperbarui: 28 November 2018   22:13 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang rasanya, memiliki anak pertama yang lucu, ganteng dan disukai banyak orang. Tingkahnya terkadang membuatku tersenyum sendiri. walau terkadang membuatku cemas, malu bahkan marah, tetap saja kehadirannya adalah sesuatu yang aku syukuri.

Sepertinya, anakku memiliki keistimewaan yang lebih jika dibandingkan anak yang lain. Tentu saja ini mungkin berlebihan, tapi sepertinya orang lain juga merasakan hal yang sama terhadap anaknya. Begitulah, sama sepertiku sekarang.

Tetapi, memang ada yang lain. Anakku sering sekali aku ajak jalan jalan. Begitupun dengan ayahnya. Sehingga sesekali orang lain menyapa anakku, sepertinya mereka pernah bertemu, bahkan ada yang sepertinya akrab sekali. Walaupun aku tidak mengenalnya. Mungkin mereka yang menyapa itu adalah teman ayahnya.

Suatu ketika, kami bertiga jalan bersama. Disebuah taman kota itu banyak sekali orang bersama keluarganya. Kami dikagetkan dengan seseorang yang menghampiri, tidak satupun dari kami mengenalnya. Sepertinya dia tidak salah orang, karena dia tau persis nama anakku lengkap dengan nama kakeknya. Dia memanggilnya dengan jelas dan tanpa ragu.

Kali ini aku tidak senang dengan sapaan orang tak dikenal itu. Kalimat terakhirnya membuatku marah dan malu yang belum kurasakan sebelumnya. Entah disengaja atau tidak, perkataannya membuatku enggan untuk melanjutkan perjalanan hari itu.

Lengkap sudah perasaan yang tak mengenakan di sore itu, karena seseorang yang mengikutinya kemudian mengiyakan kalimat sebelumnya.

"Ooh, ini cucunya PKI itu, ya".

Kalimat itu diungkapkan dengan nada yang sinis. Terang saja mereka tidak menunggu reaksi kami. Mereka berlalu tanpa melihat kami dengan kemarahan yang sangat. 

Sepertinya kalimat itu dikatakan dengan suara yang keras, karena beberapa orang disekelilingku melihat kami bertiga. pandangan mereka berputar diantara kami. Meskipun tak ada kata dari mereka, tapi bagiku mereka sedang berteriak. "PKI!". Bahkan aku merasa seisi dunia berteriak dengan kata yang sama.

Ingin rasanya aku mengejar mereka yang tadi menghampiriku, untuk bertanya tentang identitas dan alasan apa mereka berkata seperti itu. Agar mereka yang disekelilingku tau, bahwa kalimat adalah kalimat yang sangat menyakitiku.

Sebelumnya, tuduhan PKI itu memang pernah aku dengar. Tuduhan itu dengan cepat menyebar di media sosial, dunia maya yang tak pernah kubayangkan, akan tiba langsung dengan nyata kepadaku. Seperti saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun