Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Key dan Bendera Kuning Ayahnya

11 September 2013   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terinspirasi dari sebuah tayangan berita di Televisi. Ketika seorang anak balita diwawancara. Anak itu belum memahami bahwa ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalulintas

[caption id="attachment_277954" align="aligncenter" width="607" caption="Foto oleh R-82"][/caption]

“Key!...”

“….…”

“Key.. kamu mau kemana?”

“Key mau main sama kak Rara…”

“Oooh.. Tapi Rara masih sekolah, Key”

Key menunduk, sepertinya dia kecewa mendengar perkataan itu. Key dengan topinya yang selalu dia pakai ketika kelua rumah, terdiam. Kemudian tante Liza menghampiri Key seraya jongkok dan sedikit mengangkat dagu Key yang masih cemberut.

“Jangan sedih ya Key. Ayo sama tante pulang ke rumah Key. Tante gendong, ya”

“Key gak mau pulang. Mama masih sibuk, Key jadi bosan. Banyak tamu, teman papa dan saudara semua berkumpul. Mereka sibuk, Key gak ada teman bermain”

“Ya sudah jangan cemberut lagi, nanti di rumah bermainnya sama tante saja ya, sambil nunggu Rara pulang sekolah”

Key tidak menjawab, kemudian tanpa bicara lagi Tante Liza mencoba menggendong Key. Tapi Key menolak dengan menghindari tangan Tante Liza. Tante Liza kembali membujuk. Key akhirnya mau di papah Tante Liza berbalik arah untuk pulang ke rumahnya.

“Key belum mandi. Kata mama malu kalo di gendong jika belum mandi. Mama sibuk sih, jadi Key belum mandi pagi ini”

Tante Liza hanya tersenyum sambil berjalan perlahan. Key kemudian terus bicara, hanya saja dia tidak mendapat jawaban apapun. Tante Liza sepertinya sedang fokus pada sesuatu yang sangat penting. Sehingga dia tidak begitu menghiraukan perkataan Key.

Tepat di depan gerbang rumah Key. Mereka berhenti, karena Key yang tidak mau berjalan lagi. Dia menahan langkahnya dan memaksa Tante Liza mengikuti Key berhenti mendadak. Saat menoleh, Key terlihat mengarahkan pandangannya pada bendera berwarna kuning yang diikat pada ranting kecil. Bendera itu diletakkan di gerbang rumahnya.

“Key mau bendera itu, Tante”

“Gak boleh Key…”

“Kenapa tante? Key mau karena warnanya bagus”

“Karena… hmmm… nanti saja ya”

“Yaaah tante…”

Setelah membujuk Key beberapa saat, mereka kemudian terlihat berjalan menuju pintu rumah Key. Banyak orang sudah sedang duduk sambil mengobrol di depan rumah, Key dan Tante Liza berjalan melewati mereka dan langsung menuju ke ruangan tengah. Disana terlihat mama Key yang sedang menangis.

***

“Tante ayo kita main, mama payah. Kata papa juga kalo menangis itu payah dan cemen. Key anak laki-laki dan gak boleh menangis”

Key menarik tangan Tante Liza. Dengan sedikit terpaksa, dia menuruti kemauan Key. Mereka berjalan menuju ke samping rumah. Disana ada sebuah ayunan yang biasa digunakan Key dan Rara. Tempat duduknya berhadapan. Hampir setiap hari, Key dan Rara selalu duduk disana. Jika bukan ibunya Key, biasanya Tante Liza yang mendorong ayunan itu. Mereka suka ketika mendengar dan melihat Key dan Rara mengobrol dengan menirukan gaya orang tua berbicara.

Kali ini Key sendirian duduk di ayunan tersebut. Tante Liza melihatnya dengan pandangan yang sayu. Beberapa kali orang yang datang itu menghampiri Key dan mencubit pipinya. Key hanya menoleh dan tidak tersenyum atau marah sedikitpun. Sepertinya Key sedang tidak begitu riang pagi ini. Hingga dia tidak begitu merespon orang-orang yang menghampiri dan mengajak bercanda padanya.

“Tante!...”

Key bicara tanpa menoleh kearah Tante Liza yang ada dibelakangnya. Kemudian Key mulai bicara lagi setelah mendengar sahutan dari Tante Liza.

“Kenapa ya? Papa jadi pemalas. Ini sudah siang, tapi Papa masih bobo. Papa gak mau kerja lagi ya”

Tante Liza tidak menjawab. Dia terdiam, kini terlihat dia meneteskan air mata sambil melihat Key dari arah belakang. Key beberapa kali memanggil Tante Liza, setelah mendengar sahutannya, Key kemudian berbicara lagi.

“Pagi ini aneh semua Tante. Key jadi bingung…”

Entah berapa lama Key berbicara sendiri, Tante Liza hanya begumam atau bicara “yaaa…” saja kepada Key. Sebagai pertanda bahwa dia masih mendengarkan. Kemudian terdengar dari kejauhan suara Rara memanggil Key. Rara datang bersama ayahnya yang masih memakai seragam. Mereka tidak hanya berdua, sepertinya beberapa teman ayah Rara juga datang bersama mereka.

***

Key dan Rara bermain bersama. Mereka tidak begitu peduli dengan kesibukan di rumah Key. Rara yang masih berseragam sepertinya senang sekali karena hari ini ayahnya menjemput dia disekolah. Pada waktu seperti ini, biasanya dia masih belajar di Taman Kanak-kanak yang tidak begitu jauh dari kantor ayahnya.

Setelah bosan bermain ayunan, Key dan Rara kemudian berlarian berebut bendera yang dimintanya pada seseorang yang kebetulan berdiri dekat gerbang rumah Key. Kedua bendera itu kemudian diberikan kepada Key dan Rara. Semula orang yang dimintanya menolak untuk mengambilkan. Tetapi karena Rara dan Key terus merengek memintanya, akhirnya dia tidak bisa menolak permintaan mereka.

Kini Key dan Rara terlihat berlarian disekitar rumahnya. Orang-orang disekitar rumah yang berkumpul tidak mempengaruhi keasyikan mereka bermain. Hingga mereka harus menghentikan permainan mereka saling mengejar, karena secara bersamaan banyak orang yang keluar dari halaman depan rumah Key.

“Tante, mereka mau kemana?”

Key bertanya kepada Tante Liza yang menghampiri Key dan Rara. Tente Liza terlihat bingung mendengar pertanyaan Key. Sementara itu, Rara hanya melihat orang-orang yang keluar rumah secara bersamaan. Ibu Key terlihat merah matanya karena menangis. Rara baru melihatnya, karena tadi ketika datang dia tidak sempat masuk ke dalam rumah Key.

“…..mereka mau mengantarkan ayahmu ke Sorga, Key”

“Hmmm…Sorga itu dimana dimana tante? Kapan papa Pulang? ”

“…....”

“Sorga itu di langit” Rara menjawab pertanyaan Key, karena ibunya tidak menjawab. Ibunya memang terlihat bingung dengan penjelasan yang akan diberikan pada Key.

“Sudahlah, nati mamamu yang akan menjelaskan, Key. Tapi sekarang masih sibuk. Sekarang ayo main lagi, nanti sama Tante juga temenin mainnya disini. Karena Tante tidak akan ikut mengantar”

***

Sudah dua hari ini Key selalu bertanya tentang ayahnya. Key baru menyadari bahwa sejak kepergian ayahnya yang di bilang ke Sorga oleh Tante Liza, ayahnya tidak pernah kembali. Key merasa kehilangan dan rindu sama ayahnya. Ibunya sudah menjawab dengan beberapa alasan. Kebanyakan berbohong, karena dia belum bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Key dirasanya belum cukup umur untuk memahami pengertian kematian yang sebenarnya.

“Malam ini papa jadi pulang, Ma?”

“Malam kemarin juga papa pulang kok. Tapi Key sudah bobo. Setiap malam papa selalu memeluk dan mencium kening Key. Dan setiap pagi papamu berangkat kerja, Key belum bangun”

“Oooh, malam ini Key gak mau bobo dulu. Karena Key mau nunggu papa sampai pulang”

“Hmmm… ia gak apa-apa, kita tunggu papa ya. Sini nunggunya sama mama ya, mama bacakan dongeng kesukaan Key sambil nunggu papa pulang”

Key menuruti permintaan ibunya. Kini Key berada dalam pangkuannya. Tidak berapa lama, ibunya mulai membacakan dongeng yang dibacanya dari sebuah buku bergambar. Hanya beberapa kalimat saja yang ada dalam setiap lembar buku tersebut. Namun ibunya selalu menambahkan cerita untuk Key. Sehingga Key selalu mendapatkan cerita yang berbeda setiap dibacakan oleh Ibunya.

Key sudah memejamkan mata. Ibunya Terlihat lega karena malam ini Key sudah tertidur. Setelah membaringkan Key di tempat tidur. Dia melihat Key dengan pandangan yang tajam. Key terlihat tenang dan damai. Sesekali ibunya selalu merasa gelisah jika Key bergerak. Karena dia takut Key bangun dan bertanya keberadaan ayahnya.

***

Pagi itu, Key berjalan menuju ibunya yang sedang memasak di dapur.

“Mama…”

“Key sudah bangun?”

“Mama, semalam papa datang dan membangunkan Key. Papa bilang, Key harus berjanji tidak akan menjadi anak nakal. Papa juga bilang katanya papa akan pergi lamaaaaa sekali. Jadi Key tidak akan bertanya lagi sama mama. Key sudah berjanji sama papa”

“Key…..”

Tanpa disadari, Ibu Key memeluk dan menggendongnya. Air matanya tidak bisa ditahan lagi. Key tidak mengerti dengan tangisan ibunya tersebut, saat itu Key seperti menjadi gelisah dan meminta untuk dilepaskan dari pelukan ibunya.

“Mama, nanti jangan bilang sama papa, ya! Karena Key sudah berjanji sama papa untuk merahasiakannya. Tapi Key lupa tadi”

“Key……”

***0***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun