***
"Lho kok pakai peci itu lagi Pak Khus?"
Pak haji bertanya ketika mereka selesai Shalat Dhuha. Pak Khus memang mengenakan peci yang pertamanya lagi. Peci yang terlihat longgar di kepalanya. Pak Khus kemudian membuka pecinya dan melihat pak haji dengan perasaan bersalah.
"Itulah Pak Haji. Saya mengalami keanehan tadi malam. Karena cuaca rasanya sangat tenang dan tidak ada hujan ataupun angin. Tapi ketika saya berwudu banyak sekali pepohonan yang roboh. Hingga saya sulit untuk berjalan ke sungai tempat wudu"
"Lho! Terus Pak Khus wudu dimana? Kan saya juga sudah nawarin untuk wudu di rumah saya saja"
"Saya tetap wudu di tempat biasa Pak Haji. Nah tepat di samping saya berwudu itulah ada pucuk pepohonan yang roboh itu. Saya simpan peci saya disana, tapi saya lupa. Dan baru ingat peci saya disimpan disana ketika sudah sampai di masjid..."
"Sudah dicari lagi ke sana Pak Khus?" Pak haji memotong perkataan pak Khus.
Mendengar pertanyaan itu, pak Khus sepertinya merasa kebingungan. Dia terdiam beberapa saat, seperti mengingat kembali apa yang telah dialaminya tadi malam. Kemudian dia berkata dengan nada nada yang ragu.
"Hmm.. Itulah Pak Haji. Saya juga aneh, karena ketika tadi pagi saya kesana ketika sudah terang. Ternyata tidak ada satupun pepohonan yang tumbang. Bahkan saya tanya kepada beberapa santri yang tadi subuh berwudu disana, memang tidak ada pohon yang roboh katanya"
"Apa!?..."
Pak haji terlihat kaget dengan perkataan pak Khus tersebut. Kemudian dengen segera dia mengajak pak Khus untuk kembali ke tempat wudu yang biasa di gunakan santrinya. Tempatnya adalah dekat sungai yang mengalirkan air sangat jernih. Sekitar sepuluh menit dari masjid tersebut.