Meski demikian, terkadang ada juga pejabat yang makan disana, biasanya selepas solat berjamaan ada juga yang dengan sengaja makan di tempat Sastra. Karena keramahan Sastra yang juga sebagai muadzin di masjid itu, sehingga banyak juga orang besar yang ingin datang ke tempat usaha Sastra.
Setelah kejadian tersebut, sepertinya warung milik Sastra semakin ramai saja pengunjungnya. Kini Sastra telah memiliki tiga pegawai. Satu pembuat bakso, dan satu lagi adalah spesialis nasi goreng. Namanya Yuli dan Darma. Bahkan Sastra berencana untuk menambah lagi karyawannya, tapi masih menunggu bangunan yang ada disamping warung itu selesai dibuat.
Hari demi hari, warung milik Sastra itu semakin ramai. Kini para pejabat dan orang kaya juga banyak yang menjadi pelanggannya, tapi tukang becak juga tidak segan untuk makan disana. Harga makanan di tempat Sastra memang tidak menjadi mahal, meskipun kualitasnya telah banyak diperbaiki.
Meski demikian, Sastra tetap saja pelupa. Bahkan beberapa waktu yang lalu pernah membuat kehebohan yang konyol. Sastra melaporkan kehilangan motornya, warga disanapun ytelah mencari dan saling membicarakan berita kehilangan motor Sastra satu satunya itu. Namun ternyata, keesokan harinya ada yang mengantarkan motor tersebut, motor itu memang sedang diperbaiki di bengkel. Dan Sastra sendiri yang mengantarkannya.
Suatu hari, Sastra seperti biasa pergi untuk menabung. Dia menggunakan motor kesayangannya yang dulu dibeli dengan kridit itu. Tapi sudah lunas sekitar 3 tahun yang lalu. Dan sejak itu, setiap bulan Sastra selalu menabung lebih banyak lagi. Karena lupa, Sastra terkadang menabung 2 kali dalam sebulan.
Setibanya di Bank tujuannya, Sastra denga senyuman khasnya menyapa pegawai Bank. Beberapa pegawai disana termasuk satpam itu memang sudah kenal baik dengan Sastra. Seperti biasa, Sastra menuju tempat penyetoran uang. Namun seseorang datang dan memanggil Sastra.
"Pak Sastra!"
Sastra menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Ternyata dia adalah manager Bank disana, memang sudah kenal dengan Sastra. Beberapa kali dia pernah makan di warung Sastra, dia merasa kagum dengan kegigihan dan keuletan Sastra. Setiap hari raya, Sastra dan karyawannya selalu mendapat bingkisan dari Bank tersebut.
"Pak Sastra, kenapa masih menyetor uang. Tabungan Haji pal sastra ini sudah genap sejak bulan yang lalu. Tinggal menunggu waktunya saja. Atau pak Sastra lupa ya? Hehe"
"Oh tidak pak Roni. Ya sambil menunggu waktunya, saya memang berniat untuk menabung juga untuk tabungan Haji oeang tua saya. Mudah mudahan saja bisa terpenuhi. Amiiin"
Mendengar perkataan itu, Pak Roni berjalan mendekati Sastra. Dia menepuk pundak Sastra dengan senyum yang sangat bahagia. Karena mendapat nasabah yang begitu gigih dan kuat dalam berikhtiar. Sastra adalah Sastra, kekurangan dan kelebihannya memang begitu menarik untuk di terjemaahkan.