Mohon tunggu...
R_82
R_82 Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adalah seseorang yang hidup, menghidupi dan di hidupkan OlehNya. Begitupun dengan kematian dan semua diantaranya. tanpa terkecuali.

Bukan sesiapa yang mencari apa dibalik mengapa dan bagaimana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Sahabat#I "Persahabatan Bukan Kepompong"

12 Juni 2011   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_113862" align="aligncenter" width="500" caption="Iluestrasi 3 sahabat (google)"][/caption]

Kebersamaan dalam canda dan tawa. Berlari dalam kehangatan dan keakraban. Senantiasa dilakukan bersama dengan penuh kegembiraan. Lepas, bebas tiada beban dan pikiran yang membatasi. Hari ini adalah hari yang sama seperti sebelumnya. Ajakan temannya disambut dengan riang. Untuk menuju temannya lagi dan menghabiskan waktu itu bermain. Bersenang senang dalam indahnya masa kecil yang bahagia.

Sesekali pertengkaran terjadi bahkan hingga lama terasa. Karna hari itu tetap saja tidak bisa kmbali menjadi sahabat. Hari itu adalah permusuhan. Enggan menyapa dan tidak suka untuk bertatap muka. Namun ketika esok matahari terbit kembali, kejadian kemarin sepertinya telah hilang dari ingatan mereka. Karena hari itu telah menjadi sahabat kembali. Perseteruan dan permusuhan paling lama itu hanya satu malam saja. Dan itu adalah waktu yang paling lama untuk mereka.

****

Adalah Kemal yang cenderung keras dalam bergaul dan bertutur kata. Dia memang terbiasa dengan kekerasan, karna keluarganya yang penuh dengan suasana yang tidak harmonis. Ayahnya yang ringan tangan, kerapkali memukul dan berkata kata kasar dalam kesehariannya.

Kemudian Ibeng, seorang anak mami yang terbiasa dengan kemewahan. Uang jajannya memang sangat banyak jika dibandingakan dengan kedua sahabatnya. Dia memang tidak pernah memperhitungkan semua yang dia beri kepada sahabatnya. Hingga sesekali Ibeng memberikan sahabatnya sebagaian dari uang sakunya. Dan itu dirasakan melebihi cukup untuk mereka, yang terkadang tidak memiliki uang saku ketika pergi ke sekolah.

Satu lagi Mahbub, seorang anak dengan keluarga yang terdidik. Ajaran keluarganya tentang agama dan kehidupan sosial sangat dijadikan pedoman dalam kesehariannya. Hingga dia biasa dijuluki si anak emas oleh sahabatnya. Selain Pintar dia memang sangat sopan dan patuh kepada orang tua dan gurunya.

Ketiga anak itu memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Namun entah kenapa mereka begitu akrab, Sangat akrab sehingga tidak pernah satu hari pun dilakukan tanpa kebersamaan. Kecuali jika salah satu diantara mereka sakit, terkadang mereka menjaga yang sakit itu di rumahnya. Hingga sore menjelang.

Dari ketiganya, yang paling sering tidak ada dalam kebersamaan mereka adalah Ibeng. Karna setiap hari Sabtu dan Minggu terkadang dia ikut keluarganya keluar kota untuk berlibur.

Tiaphari mereka berangkat sekolah bersama. Mereka memang bersekolah di sekolah dan kelas yang sama. Dalam permainan, belajar dan melakukan tugas tugas dari sekolahnya mereka selalu lalui dengan kebersamaan. Di luar sekolah pun mereka lakukan itu bersama, karena mereka tinggal di daerah yang tidak begitu jauh antara satu dengan yang lainnya.

****

Enam tahun begitu cepat berlalu. Kini mereka telah lulus Sekolah Dasar. Dan tentu saja mereka berusaha masuk ke SMP Paforit untuk melanjutkan sekolahnya. Mahbub yang biasa rangking satu di SD itu memang tidak begitu mengalami kesulitan dalam unjian masuknya. Begitupun Kemal, meskipun sedikit kasar, dia memang selalu berusaha untuk mendapatkan nilai yang bagus sewaktu SD. Karna jika tidak, tentu saja pukulan dan amarah ayahnya akan didapatkan di rumah. Sehingga dia cukup menguasai setiap mata pelajaran. Namun sayangnya Ibeng sebagai bagian dari persahabatan mereka gagal ujian untuk masuk ke SMP itu.

“Bub!, Mal! Aku sedih banget gak bisa bersama kalian lagi di SMP. Aku memang bodoh. Aku malas belajar. Inilah akibatnya, dan mungkin aku akan masuk ke SMP swasta aja deh”

Begitulah Ibeng berkata dengan sangat bersedih. Dia mencoba menahan air matanya yang hendak menetes di kedua matanya.

****

Masa Orientasi siswa telah tiba. Pukul 06.00 pagi Kemal dan Mahbub telah berangkat bersama. Sepanjang jalan dia terus membicarakan Ibeng. Kuduanyamerasa hampas sekali tanpa Ibeng. Mereka sangat merasa kehilangan. Karna selama 6 tahun di SD mereka selalu berangkat sekolah bersama.

Sesampainya di gerbang sekolah. Kemal dan Mahbub begitu terkejut. Mereka melihat mobil sedan hitam yang mereka kenali dan yakini dengan pasti. Bahwa itu adalah Mobil ayahnya Ibeng. Mereka segera menghampiri mobil itu. Namun sebelum mereka sampai, Pintu mobil telah terbuka. Sedetik itu pun suara sahabatnya terdengar.

“Woooi!... Aku bisa sekolah disini” Teriakan Ibeng disambut dengan berlari oleh Mahbub dan Kemal. Mereka sangat senang sekali sahabatnya bisa sekolah bersama di sekolah itu.

“Lho kok bisa Beng?” Tanya Kemal dengan nafas yang masih tersenggal karna berlari. Sementara Mahbub masih tersenggal dan melihat Kemal berbicara, sesekali dia melihat Ibeng yang tersenyum lebar.

“Gak tau tuh? Semua di urus oleh ayahku. Akhirnya aku bisa sekolah bersama lagi disini” Ibeng berkata sambil melirik ke mobil yang ada di belakangnya.

Mereka mendengar mobil itu di nyalakan mesinnya. Dan dari kaca depan ayah Ibeng terlihat tersenyum kepada mereka bertiga. Ibeng melambaikan tangan dan dibalas oleh ayahnya. Kemudian mobil itu berlalu dari hadapan mereka bertiga.

****0****

Lanjutan kisah ini ada DISINI (Tamat)

Penulis : R-82D2

Nomor peserta: 181

NB : Dengan alasan tertentu, waktu publikasi  Prosa ini sudah lewat dari jadwal MPK. Ini hanya sebagai tanggung jawab saya terhadap pasangan kolaborasi saya.

Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun