Mohon tunggu...
Roni ADP
Roni ADP Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Aktivis Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humor

Antithesis Retorika

10 Oktober 2021   00:57 Diperbarui: 10 Oktober 2021   03:26 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika organisasi tidak terlepas dari sebuah problematika yang mendasar yaitu sebuah konflik, ketidak aktifan anggota, atau lari dari pertanggungjawaban organisasi, ini merupakan sebuah citra yang buruk bagi diri sendiri dan berdampak terhadap perkembangan sebuah organisasi

Ada banyak alasan bagi para penyakit organisasi ini untuk lari dari sebuah pertanggungjawaban organisasi, yang paling mengerikan adalah mengkambing hitamkan teman sendiri untuk lari pertanggung jawaban organisasi, penyakit seperti ini cendrung mengkritik kepribadian dari pada mengkritik subtansi dalam  sebuah dealitiak pikiran

Ada banyak tipe penyakit organisasi seperti ini, namun penulis membagi menjadi tiga varian yaitu:
1. bacotisme
2.Nyinyirisme
3.Kongkoisme

Bacotisme berasal dari kata bacot, merupakan gabungan dari kata Banyak dan cocot (bahasa jawa) "omongan', ada juga kepanjangan lain bacot = _bad attitude control of tongle_ berarti kontrol sikap buruk lidah, pada intinya orang ini adalah orang yang banyak ngomong , seperti pribahasa "Tong kosong nyaring bunyinya" Omongan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Seperti yang dikatakan Plato "orang bijak berbicara karena mereka mempunyai sesuatu untuk dikatakan, orang bodoh berbicara kerena ingin mengatakan sesuatu".

Manusia seperti sangat banyak ditemukan dalam organisasi, baik di internal maupun external, biasanya mereka-mereka ini sering muncul dalam acara diskusi dan terlihat aktif berbicara, sangking ke aktifnya dia sering memotong omongan lawan bicaranya atau orang yang kontra terhadap keyakinan dangkalnya. Maksut dalam dangkal adalah tak mampu berpikir secara metodologis cundrung acak-adul.

Kerangka berpikir bacotisme seperti ini yaitu tidak membatasi masalah, cendrung keluar dari konten permasalahan dan sering mengutarakan argumen-argumen yang berisi kehawatiran. Serta berlarut-larut dalam perdebatan. 

Bacotisme seperti ini sangat menikmati perdebatan, bahkan dia sanggup sampai pagi,  memang dalam dialektika hal seperti ini sangat dianjurkan dalam mengasah pola pikir, tak ada salahnya juga, dan perlu digaris bawahi, sesuatu yang berlebihan cendrung tidak baik, bahkan mulut lebih banyak bekerja dari pada melaksanakan program kerja, yang diperdebatkan hanya jadi bualan semata.

Ketika pembagian pelaksanaan, orang seperti ini cendrung menghindar, malah melimpahkan pertanggung ke orang lain, dia bersikap seolah Bos, hanya memerintah menggunakan cocotnya saja. ini orang udah tataran lama yah dan masih menjadi bagian dari struktur setingkat cabang. 

Ada juga bacotisme versi amatir, orang seperti ini hanya memejeng nama di setingkat komisariat dan kebanggaannya terhadap organisasi sangat besar (Pamer atribut) saking besarnya ia bahkan mengecilkan amanahnya.
Contoh kasus ada seorang kader yang Berkarter seperti diatas : "ia datang ke sekret, ternyata sekret tidak ada orang, lalu beliau ini memasang stts di akun WA nya, dengan upload foto sekret caption "sekret sepi kayak kuburan", padahal beliau ini satu tahun sekali ke sekret. 

Penulis  membaca postingan tersebut langsung terheran, kalau bahasa tren sekarang pas banget dengan bahasa "Udah ngak ngerti lagi", padahal malam kita habis melakukan rapat terkait agenda kita kedepan, toh wajarlah kita pulang sesekali pulang kekosan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun