Mohon tunggu...
Ronggo Wijaya
Ronggo Wijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Diam bukan pilihan

Diam bukan pilihan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Ninja Si Rambut Putih

25 Maret 2023   21:17 Diperbarui: 25 Maret 2023   21:29 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumbr foto: Tribunnews

Lagi-lagi aku dibikin shock. Bagaimana mungkin, seorang Ganjar yang tampak begitu nasionalis tiba-tiba bersuara soal penolakan tim sepakbola Israel pada piala dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia.

Apa bedanya coba Ganjar dengan kadrun-kadrun itu, yang suka teriak-teriak membawa isu agama untuk kepentingan golongannya?

Kaget, marah, sampai nggak berhenti memaki-maki sendiri. Begitulah reaksiku saat pertama kali membaca berita bahwa Ganjar, sosok yang selama ini aku kagumi, justru ikut menolak keikutsertaan Israel. Kenapa ia malah terjebak pada sentimen agama? Begitu aku menduga.

Semalam suntuk aku bahkan sampai berdebat dengan kawanku gara-gara soal ini. Aku yakin di luar sana pasti juga banyak yang ikut ngomongin isu tersebut. Apalagi di medsos, ramai banget. Banyak yang menghujat Ganjar.

Sialnya, melihat aku marah-marah, kawanku justru menilai bahwa aku berpikiran sempit.

"Bro, jadi tuan rumah piala dunia itu sudah harapan kita dari dulu, masa harus gagal cuma gara-gara soal Israel. Ini yang bikin aku kecewa pada Ganjar, olahraga itu gak ada urusannya sama agama. Jadi siapa yang pikirannya sempit?" Aku menyanggah.

"Yang bilang piala dunia batal itu siapa? Dengar, kita harus lihat persoalan ini secara luas. Asal kamu tahu, isu penolakan Israel ini memang sengaja digunakan pihak tertentu untuk menggoyang pemerintahan Jokowi. Mereka memang ingin agar piala dunia di Indonesia gagal."

"Lho, Ganjar kan pihak pemerintah, kalau ingin piala dunia tetap berjalan, ya gakpapa Israel main dong, malah dilarang."

"Nah, di sinilah hebatnya seorang Ganjar."

"Maksudmu? " Aku bertanya, berusaha meraba-raba arah pikiran kawanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun