politik sebagaimana populer diberitakan di media masa. Puan Maharani, untuk mendongkrak elektabilitasnya, agaknya tergopoh-gopoh setelah unggahan fotonya bersama Cak Imin dihujani kritik oleh netizen di twitter.
Meski ia mendapat mandat dari Bu Mega untuk bersafari mengunjungi partai-partaiFoto tersebut meski dalam keterangan Puan yang ditulisnya terjadi di warung pecel akan tetapi, justru mempertontonkan dirinya sebagai orang elite partai yang saling bertemu. Untuk apalagi jika bukan memperbincangkan peluang terbukanya koalisi menuju 2024.
Selain sowan ke Cak Imin, Puan Maharani juga menyambangi markas partai yang dipimpin oleh Surya Paloh, di NasDem Tower. Safari itu tentu tak hanya nostalgia saja. Pembahasan pemilu, potensi kerjasama politik menjadi hal yang ditawarkan Puan.
Bila dibayangkan, dengan kondisi rakyat saat ini yang baru saja terpukul oleh kenaikan harga BBM, makan bagi rakyat adalah karena lapar. Sementara elit-elit partai yang bertemu, makan adalah sebuah perjamuan. Perjamuan itu mengisyaratkan bahwa Puan sangatlah "kelaparan" dalam urusan elektabilitas, ia butuh menjamu dan merapat ke banyak partai politik demi popularitas yang mampu mendongkrak elektabilitasnya.
Di sisi lain, hasil-hasil survei bertebaran menyatakan bahwa Puan Maharani berada diurutan ke enam dengan perolehan 2,4 persen sebagaimana dirilis oleh Charta Politika Indonesia.
Sementara itu, Ganjar Paranowo tenang-tenang saja. Sebagai gubernur, Ganjar fokus bekerja menjalankan mandat rakyat. Ganjar membiarkan saja elektabilitasnya terbentuk secara organik oleh lembaga-lembaga survei.
Survei CSIS menunjukkan dengan simulasi tujuh tokoh yang salah satu diantaranya adalah ketua DPR RI Puan Maharani ditambah Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono. Berada pada angka 26,9 persen unggul di atas Prabowo dan Anies Baswedan.
Centre for Strategic and International Strategic (CSIS) menyatakan bahwa pemilih millenial dan generasi Z mengunggulkan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Populasi pemilih muda sebagai sampel survei tersebut ada pada kisaran usia 17-39 tahun dan generasi milenial pada usia 24-39 tahun.
Fokus Ganjar Pranowo pada kerja-kerjanya membangun Jawa Tengah terang kian mendekatkan dirinya terhadap rakyat. Hal itu organik tanpa menunggu mandat sebagaimana Puan mendapat mandat dari Bu Mega untuk bersafari politik.
Safari politik itu justru menjauhkan Puan Maharani dari upaya membentuk suara secara organik. Puan ibarat kartu mati yang dengan sendirinya menampilkan ketakproduktifan dirinya sebagai manusia politik. Alih-alih berhasil mendapat simpati masyarakat, Puan justru bersafari ke para elit parpol untuk menambal kegagalannya.
Dengan begitu, Puan hanya bersifat menunggu, pasif, yang hanya bisa jalan karena perintah ketua partai. Kartu mati itu bukan hanya beban bagi dirinya, melainkan juga untuk partainya sendiri. Ketimbang dianggap boros menghabis-habiskan dana, alangkah lebih baiknya jika ia bersedekah demi kemaslahatan umat.