Aku membayangkan, 100 tahun lalu Lombok mungkin bukan apa-apa. Jalannya tentu masih tanah. Dan seorang dokter dari Jawa Tengah dikirimkan untuk mengatasi lepra. Sulit dibayangkan bagaimana perjuangan sang dokter di tengah keterbatasan obat-obatan dan alat medis. Pastilah tak mudah.
Bahkan ada cerita, karena keakrabannya dokter Soedjono dengan masyarakat, membuat Belanda ketar ketir, disangka sedang merencanakan perlawanan. Namun kedekatan sang dokter dengan masyarakat tak ubahnya adalah sebuah ketulusan, sebuah bentuk pengabdian, ia akan mengulurkan tangan jika ada yang membutuhkan pertolongan.
Masa Soedjono dan Ganjar adalah jaman yang jauh berbedaa, terpaut lebih dari satu abad. Tapi sebuah perjuangan tak mengenal batas waktu.
Jika Soedjono kemudian memelopori berdirinya lembaga pendidikan bagi anak-anak Lombok yang namanya kini telah berganti menjadi SMPN 2 Selong, Â Ganjar juga mendirikan sekolah gratis SMK Negeri Jateng untuk masyarakat miskin.
Sejarah, kita tahu, terus memanen orang-orang hebat. Mereka menghadirkan terobosan dan kebaruan-kebaruan untuk generasi selanjutnya. Kita beruntung bisa belajar dari mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H