Tanpa usaha untuk keluar dari problem dasar ini, (1) lemahnya disposisi politik dan (2) seretnya prestasi kerja, Anies selamanya akan terus di/terpaksa manggung dari panggung seremonial yang satu ke panggung seremonial yang lainnya dengan peran monolog politiknya. Atau boleh jadi, (problem ke-3) sense of belonging Anies atas DKI Jakarta tak begitu kuat mengakar (?!) Â Â Â Â Â Â
Sebagai kesimpulan, saya lampirkan catatan Benjamin Whichcote (1609-1683). Benjamin Whichcote menulis, "di antara politisi, harga agama adalah menguntungkan; prinsip-prinsip itu merepotkan." Soal agama, patut diakui Anies punya kualitas super. Namun soal keteguhan prinsip untuk merealisasi konsep besar "Maju Kotanya, Bahagia Warganya", kita perlu realistis bahwa itu membutuhkan perubahan dan perbaikan. Dengan kesadaran dan jalan pembaharuan ini, saya yakin, jualan politik Anies bisa menjangkau pula pasar-pasar publik non radikalis. Wasalam (bagas de')
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H