Mohon tunggu...
Ronan FerryRialdika
Ronan FerryRialdika Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik dalam Sinetron "Suara Hati Istri Zahra"

3 Juni 2021   17:01 Diperbarui: 3 Juni 2021   21:22 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

POLEMIK KONTRA SINETRON "SUARA HATI  ISTRI"

Akhir-akhir ini jagad  per television Indonesia dihebohkan dengan sinetron anyar dari stasiun Televisi Nasional Indosar,yaa salah satu Televisi Nasional tersebut merupakan salah satu Televisi yang cukup aktif dalam menayangkan beberapa Sinetron,bahkan rata-rata Indosiar setiap siang sampai menjelang maghrib hampir setiap tayangkannya banyak menanyangkan sinetron bahkan serial "Azab" yang sering menjadi bahan lelucon oleh banyak netizen karena beberapa adegannya yang kadang tidak logis.

Namun akhir-akhir ini Indosiar Kembali mendapatkan kritikan keras dari para netizen maupun KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) karena baru-baru ini Indosiar baru saja mengeluarkan Sinetron barunya yang bertajuk "Suara Hari Istri" Sinetron tersebut cukup mendapat perhatian lebih dari para netizen karena beberapa adegan yang cukup berani seperti adegan dalam sinetron tersebut yang menjadi sorotan, seperti ketika pak Tirta mencium kening Zahra, atau ketika pak Tirta mendekatkan wajahnya di perut Zahra yang sedang hamil. Selain itu yang cukup mengundang kontroversi polemic dalam sinetron ini adalah pemeran Zahra yang menjadi istri ke 3 dari pak Tirta.

Selain berfokus terhadap adegan yang disajikan hal yang paling menyedihkan dari sinetron tersebut terletak kepada pemilihan artisnya yang kurang ethis,karena di dalam sinetron tersebut menyeritakan seorang suami yaitu pak Tirta diperakan oleh (Panji Saputra) yang memiliki 3 orang istri dan istri paling mudanya yang diperperan oleh Lea Chearacel sebagai Zahra menjadi polemik kencaman bagi warga net karena mengingat Lea baru berumur 15 tahun,dimana usia tersebut masih sanggat muda untuk menjadi seorang istri,bahkan di negara kita sendiri itupun mendapatkan pertentangan secara hukum di Indonesia,dengan diperankannya Zahra oleh Lea yang notabennya masih anak dibawah umur tentu sama saja membiarkan praktik Pedofilia terhadap anak sebagai bentuk hal lumrah.

Tentu hal tersebut terasa menjijikan untuk dipertontonkan kepada masyarakat,karena dengan jelas melanggar beberapa point penting dalam Undang-undang Penyiaran No.32 tahun 2002 tentang penyiaran pada pasal 4 ayat 1 yang berisi "penyiaran sebagai kagiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media hiburan yang sehat" sedangkan pada praktiknya sinetron "Suara Hati Istri" dengan jelas melanggar aturan tersebut dengan mempertontokan adegan tak pantas tayang dengan Zahra dan Pak Tirta notabennya mereka berdua memiliki umur yang sangat terpaut jauhh pemeran Zahra (Lea Chearacel) baru berumur 15 tahun sedangkan Pemeran Pak Tirta (Pandji Saputra) 39 tahun.

Seharusnya dengan beberapa kali teguran dari KPI (Komunikasi Penyiaran Indonesia) Televisi Ikan Terbang tersebut kedepannya lebih serius dalam menggarap setiap serial sinetron yang digarapnya serta selalu mengawasi kerja PH agar kasus ini tidak kembali terulang,terlebih sudah beberapa kali Stasiun Ikan Terbang tersebut sering mendapatkan teguran atas aduan masyarakat tentang penayangan sinetronnya,dan pemeran zahra semoga bisa cepat diganti secepatnya serta pihak PH bisa me remake ulang cerita serta naskah untuk di tulis ulang agar tidak meimbulkan kegaduhan di mata masyarakat,karena Sinetron tersebut hingga episode 8 terakhir menapatkan animo yang cukup tinggi dari Masyarakat. 

Tentu dengan animo yang diberikan masyarkat cukup tinggi harapannya masyarakat bisa mendapatkan hiburan dan tentu ada hikmah di setiap tayangannya,apalagi kisah yang di angkat tidak jauh dari isu kehidupan sosial di masyarakat tentu akan lebih sensitif untuk di aplikasikan di sinetron terlebih pengangjatan isu poligami di masyarakat kita harus hati-hati dalam menaruh alur ceritanya,karena tidak semua masyarakat kita bisa menerima garis besar cerita yang diberikan di Sinetron "Suara hati Istri".

Ronan Ferry Rialdika Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun