Sebelum masuk ke problem solving, dosen mengajak kita diajak berpikir keras untuk mengasah kemampuan tersebut, mulai dari cara berpikir out of the box hingga dikaitkan dengan kisah filsuf yunani yang banyak mengandung filsafat. Dari sekian banyak bacaan, ada satu bacaan dari seorang filsuf yang saya lupa namanya, namun saya ingat pasti kisahnya. Disitu dituliskan "Bahwa kita ini manusia memang suka bermain dengan bayangan kita sendiri", padahal bayangan itu kan semu. Kita Manusia lebih suka bermain dengan bayangan dibandingkan bermain dengan peran aslinya.Â
Jika dikaitkan dengan masa sekarang, rasa-rasa saya kenyataan filsuf itu yang makin lama semakin terbukti di tengah kehidupan modern orang Indonesia. Contoh gampang seperti yang saya sebut dengan "MEDIA SOSIAL". Kita lebih senang melihat foto dan video dibanding aslinya, lebih senang melihat secuil informasi, kalimat dan cerita pendek, daripada melihat segala sesuatunya dari sisi kenyataan.
Contoh gampang saja jaman saya S1, ada mahasiswa yang secara definisi sebenarnya bukanlah mahasiswa yang gemar organisasi beneran. Namun, kerjaanya setiap ada kegiatan adalah berusaha mencari spot foto sekeren mungkin, aktif datang ke acara organisasi, duduk sebagai peserta, tapi sering meng-caption "Panjang Umur Perjuangan" atau kalimat-kalimat lain yang seolah-olah dia itu adalah mahasiswa yang organisasinya kelas berat.
Nah, orang-orang atau adik kelas yang tidak paham dunia ini akan dengan mudah percaya dengan "bayangan semu" yang diciptakan tersebut. Hanya mereka yang kenal dan benar-benar melihat yang tahu kalau segala postingan-nya hanyalah "bayangan." Aslinya dia hanya duduk sebagai penggembira atau peserta
Itu hanya contoh kecil saja bagaimana bayangan diciptakan. Selain itu, ada contoh manakala ketika ada suatu kegiatan yang hype dan berjalan heboh, serta menarik perhatian orang banyak. Lalu ada yang sok ramai-ramai seolah ikut berbuat atas kesuksesan acara itu, padahal dia hanya ikut ramai-ramai saja. Sementara jika melihat di balik layar, banyak yang kemudian bekerja dengan sangat keras di balik layar yang kalau boleh dikatakan jauh lebih berbuat daripada dia yang sok-sok ramai tersebut.
So, pintar-pintarlah anda untuk memilih, dunia media sosial kita sekarang dipenuhi dengan banyaknya postingan-postingan "bayangan" yang beredar di dunia medsos sekarang ini. Membuat kita terpana dan seolah-olah lebih tertarik melihat bayangan ketimbang aslinya. Mau bagaimana pun, dalam menikmati kuliah atau menonton acara konser lebih nyaman menggunakan mata dan telinga kita langsung ketimbang menyaksikan lewat layar laptop atu hape yang kecil. Dan mau bagaimanapun mata adalah bentuk visual terbaik dari pencipta kita, sehingga lebih baik mata kita sendiri yang bergerak dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, daripada melihat rekaman gambar yang bergerak monoton saja.
Menjadi Dewasa adalah pilihan, pengalaman hidup tentu sedikit banyak yang nantinya menentukan karakter hidup anada. Usia boleh saja bertambah tua, tetapi kita nggak akan penah bisa untuk bersikap bijak manakala sebuah masalah datang. Tentu hal ini berbeda dengan orang yang sudah ditempa dengan berbagai masalah dalam jangka waktu yang lama, mereka akan mampu bertindak dewasa dalam hidupnya.
*)Ronald Anthony
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H