Masa depan sangat dekat, dan boleh jadi lebih dekat daripada yang kita pikirkan. Dan bisa jadi selangkah paling dekat apabila kita mengusahakannya.
Makin hari waktu semakin cepat, hampir lima tahun yang lalu, rasanya saya masih sibuk mempersiapkan skripsi, dua tahun yang lalu, mulai mengajar di kampus. Lima tahun lagi, kita pilih presiden yang baru,dan boleh jadi jangan-jangan lima tahun lagi anda dan saya sudah menikah serta punya anak, atau jangan-jangan sudah punya cucu? Wkwkwk.
Lima tahun itu tidak lama. Semua terasa sebentar, saya yang menjalani healthy life saja tak terasa sudah hampir setahun. Kalau anda, apakah sudah bisa membayangkan seperti apa kehidupan kita lima tahun lagi? Masihkah kita memikirkan kehidupan dan huru-hara seperti sekarang? Tentu harapannya semoga kehidupan kita lebih tenang, lebih makmur. Yes?Â
Seorang pemain Baseball asal Amerika Serikat Chili Davis, pernah menuliskan sebuah quotes terkenal yang sampai sekarang masih menjadi quotes-quotes untuk menggambarkan soal pertumbuhan yaitu "Growing old is mandatory but growing up is optional". Rasanya hal in tepat untuk menggambarkan situasi perkembangan manusia di era modern. Di tengah derasnya globalisasi dan era industrialisasi 4.0, menjadi tua itu sudah pasti, namun menjadi tua itu tidak berbanding lurus dengan menjadi dewasa, karena dewasa itu adalah sebuah pilihan.
Eh kok aneh, tulisannya jadi bijak? Wkwkwk. Mohon maaf, tapi sebagai orang yang masih dalam taraf millenial saya melihat ada banyak hal yang perlu dibenahi, tak hanya bagi masa depan anda dan saya saja tapi juga untuk anak cucu kita kelak. Hampir 2 minggu ini, saya bertemu beberapa orang, ada yang muda dan juga ada yang tua. Â Diantara yang saya temui ada yang masih muda dan benar-benar bijak dalam memandang hidup, namun ada juga yang sudahlah tua namun tak bisa menunjukan kematangan sesuai dengan tingkatan usianya.
Rasanya memang benar yang diajarkan oleh guru sosiologi saya dulu, setiap orang akan terbentuk tergantung dari lingkungannya? Kenapa begitu? Yaps, dalam ilmu sosiologi segala hal yang kita kenal dan persepsikan itu berdasarkan dari lingkungan di sekitar kita. Maka, kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang biasa kita lakukan. Maka selalu dianggap tidak pas dan pada akhirnya menimbulkan pertentangan.
Contoh gampang saja, kita sekarang ini hidup di dunia yang serba modern dan sekarang yang banyak dijumpai media sosial, ketika ada orang luar entah itu teman dan sebagainya yang datang dengan gagasannya dan kemudian menyampaikan sesuatu via story, walaupun mungkin maksudnya baik, akan selalu ada resistensi dari kita atau orang sekitar. Entah cibiran, cemooh dan sebagainya, begitu saja siklusnya terus menerus. Lantas mengapa hal tersebut terjadi? Kalau mau dirunut yaitu disebabkan karena ketidak pas-an tadi yang akhirnya menimbulkan resistensi.
Menyambung soal kedewasaan, kalau menurut anda berapa kriteria orang dianggap sebagai dewasa? 30 tahun, 50 tahun?, 60 tahun?, atau malah 70 tahun?. Berapa-pun yang anda sebut itu, tak ada angka yang pasti, kenapa saya katakan tidak pasti, karena kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari segi usianya. Seorang penulis buku yang namanya vianlugi menuliskan "Kedewasaan tidak bisa dilihat dari segi usia saja, hal ini karena yang menjadi tolak ukur kedewasaan adalah kemampuan untuk memiliki pola pikir yang matang.
Paling gampang lagi, contohnya kalau orang Indonesia ditilang, banyak bapak-bapak mesti dengan marah-marah dan mengelak dulu mau sogok dan sebagainya, kalau disuruh diajak bersih-bersih justru marah-marah dulu dengan alibi ada petugas kebersihan lah dan sebagainya. Belum lagi kalau diajak berbaris tertib dan antri lebih suka dorong-dorongan dan menyerobot antrian. Rasa kesal sudah pasti, dan barang tentu anda bisa membayangkan perasaan yang sudah susah-susah antri malah diserobot lagi. Sudah pasti amarah yang timbul kan!.
Cerita kematangan usia, saya ingat jaman saya menempuh pendidikan Strata 1 di Jogja, pernah ada mata kuliah Bahasa Inggris Hukum, yang barang tentu bukan seperti model les-les an  ya, belajar grammar, vocabulary dan sebagainya. Di mata kuliah ini kita diajarkan problem solving manakala kita bertemu dengan sebuah kasus bisnis atau perjanjian bisnis dalam bahasa inggris. Sejujurnya itu mata kuliah yang paling saya benci, kenapa? kami disuguhi dengan berbagai bacaan dan kami harus pelajari dan baca dengan bahasa inggris yang pas-pasan.