Kembali menemui anda di hari sabtu ke tiga puluh ini, rasanya sudah berbagai cerita saya ceritakan mulai dari cerita film, idola, hobi, serta mungkin cerita-cerita dari pengalaman pribadi saya. Sekedar Sharing intinya. Diantara cerita-cerita itu ternyaa saya baru saya sadari, saya belum pernah cerita soal orang terdekat saya.
Jangan salah, orang terdekat yang saya mau ceriakan dan terkhusus dengan judul "Cinta Untuk Wanita Hebat" di atas, adalah judu; yang saya dedikasikan untuk mama saya.Â
Mumpung sebentar lagi menjelang Hari ibu, tanggal 22 Desember nanti, meskipun begitu saya tidak tahu apakah hari ibu masih menjadi hari yang cukup penting dan spesial di hidup anda. Apalagi hari ibu ini, selalu berdekatan dengan hari-hari penting di akhir tahun. Natal dan Tahun Baru pastinya. Biasanya kalau mendekati hari ibu yang banyak muncul biasanya story-story Instagram yang bertuliskan #Happymothersday, atau juga banyak online-online shop yang promo spesial hari ibu.  Kalau anda? melewatkan atau tidak?
Saya sendiri mungkin adalah salah satu yang juga sering melupakan hari ibu, walaupun ibu sendiri nggak lupa dong. Kebetulan hampir 5 tahun kebelakang kami dua beradik sedang sibuk merantau ke tanah jawa, sudah itu ditambah papa yang super sibuk, otomatis tersisa mama saja yang menikmati sepinya rumah. Seringkali beliau kami suruh jalan-jalan menikmati hidupnya. Namun, berulang kali pula usul itu ditolak "Lebih enak jalan bareng keluarga" katanya, ketimbang jalan sendiri-sendiri atau bareng dengan teman-temannya.
Selama 5 tahun kebelakang kalau dipikir-pikir, di tengah padatnya jadwal-jadwal kami, memang selalu mama yang menjadi pemersatu, tidak hanya di lingkup keluarga kami, tapi juga dengan segenap keluarga besar. Bayangkan saja, jaman kami kuloiah, saat padat-padatnya kuliah dan juga seang senag-senangnya organisasi, beliau bisa menyatukan jadwal-jadwal kami untuk menyusun rencana liburan.Â
Saya snagat berpikir bangga, mama saya melakukan hal itu. Kalau saya, sudah pasti kesal duluan, jadwal berbeda-beda entah itu saya, adik saya, dan juga papa. Nmaun, bisa diatur sedemikian rupa sehingga apik tanpa perlu menganggu jadwal-jadwal kami yang lain. Tangguh  itu julukan yang bisa saya berikan kepada mama saya.Â
Tangguh menghadapi suami yang akif bergerak dengan jadwal yang seabrek.
Tangguh pula menghadapi anak-anak yang suka cari perkara, dan juga kadang-kadang menjengkelkan.
Yang paling penting pula tangguh menghadapi kehidupannya yang kadang kala disibukkan dengan hal-hal yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang. Jika saya pikir-pikir, ketangguhan beliau tak muncul begitu saja.Â
Beliau adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Sudahlah yang paling senior umurnya kemudian disuruh mengemong adik-adiknya. Apalagi kakek saya adalah pedagang di bidang pelayaran, tentu seringkalai bolak-balik singgah ke kota-kota tempat kapalnya bersandar. Jadi kalau dipikir-pikir sudah sejak muda sifat ketangguhan beliau tersebut, pun hingga saat ini.
Disitulah yang saya harus banyak belajar, agar bisa paham dan tangguh di segala situasi. Bukan tak pernah sekali, dua kali, saya membayangkan jika berada posisi mama saya, maka saya sudah pasti mencak-mencak dengan segala emosi yang ada karena dihadapkan pada situasi. Meskipun begitu, disitulah ketangguhan beliau muncul. Semakin bangga dan kagum saya pada beliau.
Salah satu ketangguhan dari prinsip hidup beliau adalah soal kesederhanaanya, meskipun saya tahu, bisa saja ia untuk hidup bermewah-mewah. Namun, hal itu selalu tak ingin dilakukan baginya. Jika, jalan-jalan ke satu mall, pasti yang diliat adalah barang-barang diskon. Dibelikan jam tangan mahal, tetapi lebih senang memakai jam yang biasa saja yang sudah hampir 14 tahun menemaninya. Bisa saja setiap minggu makan ke restoran, tetapi lebih memilih untuk "Masak" sendiri. Lebih sehat katanya.
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/19/20190208-170831-5fdcfcedd541df6c0b770532.jpg?t=o&v=770)
Maka daripada itu, beberapa tahun kebelakang, kalau pada saat pulang pontianak, pasti gizi kami anak-anaknya akan tercukupi. Maka daripada itu, setelah hampir kurang lebih 2 tahun kembali. Saya merasa memang pertumbuhan bobot tubuh saya yang memang progresif ,memang adalah karena masakan-masakan andalan dari beliau. Maka daripada itu, adik saya sering enjadikan resep-resep beliau sebagai slaah satau untuk membuat produk dalam tugas bisnis kewirausahaannya di kampus.
Momen paling respect dengan mama saya, yang unfortunately juga momen paling mendebarkan dalam kehidupan keluarga kami. yaitu manakala ketanggguhan mama kami diuji ketika tahun 2011, saya kecelakaan motor dan mengalami patah kaki. Saya berpikir saya bakal di marah di UGD,  apalagi saya tahu bahwa pada masa itu orang tua saya sedang banyak sekali  pembiayaan yang mereka keluarkan dan selesaikan.Â
Tentu manusiawi saya merasa khawatir dengan keadaan-keadaan tersebut. Bahkan, waktu pak polisi yang datang ke UGD meminta nomor orang tua, saya tolak, saya pikir saya perlu rehat sejenak selain juga karena waktu masih pagi baru pukul 04.00(cerita ini akan saya ceritakan pada bagian lain.Â
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/19/img01771-20120305-1910-5fdcfc6e8ede48609550df92.jpg?t=o&v=770)
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/19/img01020-20110517-1706-5fdcfc0cd541df18027c1dc6.jpg?t=o&v=770)
![dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/19/img01019-20110516-2015-5fdcfc27d541df3a2b2fd8a5.jpg?t=o&v=770)
*)Ronald Anthony