Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #29 - "Mencari Hidup di Tengah Oase"

12 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 12 Desember 2020   09:08 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moro tangan seraya meminta pergi atau malah sebaliknya segera mencari uang untuk memberikannya? Tahan dulu jawaban anda, saya berikan satu ilustrasi lagi baru anda menjawab, Anda sedang mengendarai mobil anda di jalan raya, lalu tak berapa lama anda ada di lampu merah dan kemudian ada tangan penjual kerupuk mengetuk di kaca mobil anda seraya menanyakan apakah ingin membeli dagangannya. Kira-kira apa yang anda lakukan?

Menolak atau malah memberi, kalau saya pribadi saja mungkin banyak melakukan yang pilihan pertama ketimbang pilihan yang kedua. Iya itu karena selalu didasari motif memberi dengan "pertimbangan". Dia bukan siapa-siapa kita udah itu malas lagi, adalah kerap kali menjadi pembenaran atas sikap saya tersebut. 

Lalu apa lagi contoh pertimbangannya misalnya seperti, Siapa sih dia? Kenapa sih saya harus bantu dia? dan sebagainya. Tapi lain cerita kalau yang anda beri adalah adalah orang  yang anda kenal, saya pikir tanpa tedeng aling-aling pun anda sudah pasti akan membantu, bahkan berharap agar orang tersebut mengetahui bahwa anda membantunya. Nah, hal itu yang sering terjadi bukan dalam kasus korupsi, setiap orang berlomba-lomba agar dikenal olh pejabat tersebut. Agar sewaktu-waktu mudah apabila ada hubungan pekerjaan.

Maka menggambarkan soal "memberi" ini pernah saya  gunakan analogi di dalam kelas seperti ini :

- Kalau Istri Pejabat Yang Meninggal => maka uang dukanya besar

- Kalau si Pejabat Yang Meninggal => Uang Dukanya Kecil

Tapi ya begitulah Indonesia, kadang kala ada saja cerita seperti itu muncul, ngomong-ngomong soal memberi dan sumbangan, akhir-akhir ini pun banyak timbul organisasi-organisasi non profit yang bertujuan menghimpun dana sumbangan di masyarakat. Ada yang kredibel dan terpercaya dan ada juga yang hanya tipu-tipu belaka. Beberapa teman saya pernah ketipunya. Mulai dari modus minta sumbangan darah sampai sumbangan korban bencana alam. 

Dilandasi atas hal itu, salah satu hikmah dari pandemi adalah banyak keluarnya ide-ide segar, salah satunya di dalam circle pertemanan kami, pada mungkin sekitar bulan maret tahun ini kami berhasil membentuk salah satu organisasi non profit yang bergerak di bidang sosial masyarakat dengan nama Untuk Sahabat. Untuk Sahabat sendiri lahir di tengah keprihatinan kami, bahwa masih banyak orang-orang yang ada di sekitar kami yang masih membutuhkan bantuan. 

Selain itu, banyak diantara teman-teman kami yang ingin menyumbang namun juga terkendala di waktu tidak bisa menyalurkan secara langsung. Selain itu, banyak yang khawatir lembaga atau organisasinya tidak kredibel. Oleh karena itu, pendirian untuk sahabat menjadi salah satu jembatan untuk mewadahi kekhawatiran akan hal tersebut. Bahkan, kalau mau jujur, setiap kali akan dilakukan open donation pasti kami lakukan survey terlebih dahulu ke tempat yang akan dikunjungi, bukan apa hal ini agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan tidak mubajir.

dokpri : @untuksahabat.id
dokpri : @untuksahabat.id

Kami sadar memang masih banyak yang perlu dibenahi dalam organisasi ini, seperti kata founder kami riki kusnadi, tak perlu besar-besar, cukup bikinlah hal-hal yang kecil-kecil tapi setidaknya bisa bermakna. Itu juga visi yang kami usung dalam Untuk Sahabat ini, yaitu menjadi insan yang ingin bergerak bersama menyalakan pelita kebahagiaan bagi sesama. #bergerak dari sekarang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun