Mohon tunggu...
Ronald Anthony
Ronald Anthony Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Hanya seorang pembelajar yang masih terus belajar. Masih aktif berbagi cerita dan inspirasi kepada sahabat dan para mahasiswa. Serta saat ini masih aktif berceloteh ria di podcast Talk With Ronald Anthony on spotify.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saturday Morning #21 - "Dari Hobi Menuju Insecure"

17 Oktober 2020   09:00 Diperbarui: 17 Oktober 2020   09:16 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sebetulnya bosan menuliskan cerita-cerita tentang perubahan hidup saya selama pandemi ini terjadi, mungkin sudah ada empat atau tiga edisi dari saturday morning saya bercerita soal kebiasaan-kebiasaan atau cerita-cerita saya yang muncul semasa pandemi. 

Tetapi, ijinkan saya untuk saturday morning kali ini saya menuliskan lagi cerita selama pandemi. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya selama pandemi ini terjadi sudah tak terhitung berapa kebiasaan-kebiasaan baru yang muncul akibat pandemi yang melanda sejak awal maret tahun ini.

Kebiasaan-kebiasaan baru yang muncul selama masa pandemi ini ada kalanya kadang baik dan bisa juga buruk. Salah satu kebiasaan baru saya selama masa pandemi ini adalah melihat album foto atau melihat file-file foto lama yang sudah lama tak dilihat. 

Dari sekian banyak file foto serta album foto yang saya lihat ternyata saya baru menyadari bahwa banyak foto yang diambil di akhir tahun lalu dan awal tahun ini menunjukkan satu kesamaan yaitu menunjukkan bahwa badan saya mengalami fase paling progresif dalam hidup saya. Kalau tidak percaya saya tunjukkan fotonya sekarang ya! Wkwkwk 

foto di akhir tahun 2019 | dokpri
foto di akhir tahun 2019 | dokpri

Rata-rata foto tersebut diambil di akhir tahun lalu dan di awal tahun ini, saya seringkali tidak menyadari bahwa badan saya sangat begitu besarnya. Karena selama ini saya merasa bahwa badan saya masih proporsional, walaupun baju sudah sangat menuju sempit yang selalu saya katakan kepada khalayak ini karena sering workout sehingga otot saya membesar. 

Padahal ini salah besar, berat serta badan saya sudah menuju kepada fase berat badan berlebih atau yang disebut sebagai obesitas. Terakhir saya menimbang di awal tahun sebelum saya diet, angka di timbangan menunjukkan yang hampir menyampai angka 100 Kg atau tepatnya 97,5Kg. Tentu anda bisa bayangkan, betapa kalau duduk maka kancing baju saya ini sudah mau teriak rasanya.

Saya sebetulnya sudah sedikit sadar mengenai kelebihan bobot tubuh ini, yang saya tenggarai akibat 2 tahun yang lalu atau tepatnya di 2018 saya memutuskan untuk pindah lagi dari Kota Yogyakarta kembali ke Kota Pontianak. Dimana, makanan di pontianak sangat luar biasa belum lagi perbaikan gizi yang terjadi di rumah karena selama menjadi anak rantau hidup prihatin harus dijalankan demi menghemat pengeluaran.

 Dan saya ingat sewaktu pulang ke pontianak bobot tubuh saya ada di angka 85 Kg. Angka 85 Kg ini pun ada ceritanya tidak ujug-ujug muncul begitu, mencapai angka 85 Kg ini pun kalau saya tarik ceritanya lebih jauh ada karena di Tahun 2011 saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan saya patah kaki. Otomatis pun aktivitas makan dan minum saya lakukan di tempat tidur, sepanjang hari dan sepanjang waktu selama kurang lebih 3 bulan. Alhasil seperti yang sudah bisa ditebak sebelumnya bobot tubuh dari 74 Kg menjadi 85 Kg.

Hobi makan saya tak dapat pungkiri sebagai penyebab utama, saya sangat senang sekali kalau soal makanan. Sampai waktu itu saya punya cita-cita menjadi food tester. Karena hampir semua makanan saya lahap mulai dari ayam KFC, Mie Ayam, Nasi Uduk, Nasi Goreng, Nasi Kuning, Ayam Geprek, Penyetan, semua saya lahap selama saya masih belum merasa kenyang. Apalagi kalau teman-teman saya mengajak makan malam, pasti selalu saya sanggupi. 

Dan yang parahnya tak jarang saya menambah lagi entah itu lauk maupun menu karbohidratnya. Sudahlah hobinya makan, aktivitas fisik juga yang dilakukan sangat kurang. Karena biasanya kalau sudah makan kenyang, efeknya adalah ngantuk. Jadi, aktivitas fisik apapun tak mungkin dilakukan selain tidur dan tidur, Sebenarnya kalau mau dikata saya sedari dulu tidak pernah mempedulikan mengenai bobot tubuh, karena saya selalu berprinsip "Biarlah Tubuh Gendut, Kan tubuh saya bukan tubuh anda".

Namun ternyata, ketidakpedulian saya banyak berefek secara tidak langsung dalam hidup saya. Disadari atau tidak saya merasa pada saat naik tangga kampus mudah ngos-ngosan, lari sedikit mudah lelah dan lebih banyak istirahatnya. Paling Parah, apalagi kalau sudah mau mencari baju untuk Hari Raya, saya ingat betul di akhir tahun lalu dan Imlek awal tahun ini cari baju merek apapun akan tidak pernah masuk ke badan saya sekalipun sudah XL. Hmmmm! Dosa apa saya? 

Tapi di masa itu saya masih belum merasa bobot saya berlebihan. Sikap Insecure atau ketidakpedean atas bobot berlebih ini dimulai ketika beberapa keluarga yang dikunjungi ketika hari raya Imlek menyampaikan "Ya ampun ronald, umurnya masih muda tapi kok perutnya macam acek-acek". (acek=sebutan untuk orang yang lebih tua dari kita atau orang yang sudah berumur). Sebutan Acek-acek ini bukan kali itu saja saya terima bahkan mama saya juga sudah bolak balik mengatakan hal itu kepada saya. Tapi, memang dasar ya, kalau keluarga sendiri yang terdekat jarang kita memerhatikan bicaranya. Kalau orang lain bicara barulah sadar kita apa yang bolak-balik sudah diomongkan.

Jika ditanya apakah Insecure? saya mengatakan sudah pasti. Itulah kali pertama saya merasa insecure atas bobot tubuh saya. Ternyata, hobi makan yang saya lakukan beberapa tahun kebelakang, mulai menunjukkan efek sampingnya. 

Kalau merujuk beberapa sumber, Insecure sendiri merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan perasaan tidak aman. Perasaan ini seringkali membuat seseorang menjadi gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Suka membanding-bandingkan dengan orang lain juga saya lakukan, lihat teman yang student athlete, kok badannya bagus ya, disenangi cewek-cewek kok kelihatannya keren ya. 

Lama-kelamaan Insecure itu sedikit demi sedikit mulai mengikis tingkat kepercayaan diri saya. Alhasil depan mahasiswa, lebih senang mengajar duduk dibanding berdiri, padahal kalau itu mau diperinci bukan saya banget deh. 

Tampaknya Film Imperfect besutan Ernest Prakasa dengan tokoh utamanya rara, bisa saya pahami perasaannya. Perasaan tidak percaya diri, suka membanding-bandingkan, selalu pingin terlihat baik depan orang, selalu insecure dan takut ketika orang mengatakan sesuatu tentang kita. Itu semua saya rasakan. Persis!

Gambaran rara dalam cerita itu, yang juga pada akhirnya saya alami. Cemas, Takut, Was-was selalu menghantui. Akhirnya semenjak awal tahun 2020 setelah imlek kemarin, saya bertekad untuk menjalani diet ketat untuk mengembalikan bobot tubuh saya ke bentuk awalnya. 

Hasilnya sedikit mulai sedikit mulai keliatan, sekarang saya sudah kembali ke bobot tubuh saya yang hampir sama dengan tahun 2011 yaitu berada di angka 78 Kg yang secara proporsional dengan tinggi tubuh saya 176cm sudah hampir mendekati ideal. Dan yang paling penting sesudah berat badan ini mencapai ideal saya masih terus menjaga dan memaintenance agar tetap terjaga dan hasil dari kerja keras itu terbayarkan, saya pribadi merasa tidak gampang lelah, lari juga sudah lumayan tidak ngos-ngosan dan tubuh pun terasa enteng.

Sesudah turun, Lantas apa lagi sesudah ini? Kalau saya boleh menjawab, saya sevara pribadi merasa tidak ada apa-apa lagi, bobot tubuh yang saya mau tercapai. Dan rasa insecure itupun lama-lama hilang. Walaupun, terkadang hal itu muncul juga entah tidak jelas kapan waktunya. 

Meskipun begitu, saya mencapai satu kesimpulan atas ke-insecure-an yang saya alami kurang lebih 8 bulan ini ketika proses penurunan berat badan, yaitu bahwa Menjadi Kurus itu harus didasarkan pada kesadaran masing-masing pribadi, bahwa kurus itu untuk sehat dan juga lebih bugar. Dan saya menyadari betul, seringkali saya dan mungkin anda sering melakukan sesuatu hal bukan karena kesadaran pribadi tetapi lebih atas karena omongan orang lain. Padahal kita adalah master dan pemegang kunci atas hidup kita, buat apa peduli dengan omongan orang lain, padahal kita yang menjalani hidup itu. 

Ahh, rasanya terlalu naif dan panjang saya bercerita hobi saya yang berujung insecure di edisi kedua puluh satu ini, Akhir kata jika sekarang anda berada pada posisi yang sama dengan saya ataupun anda sekarang merasa sedang insecure. 

Ingatlah baik-baik kutipan lirik dari lagu Fiersa Besari ini bahwa "Kadang kala tak mengapa, Untuk tak baik baik saja. Kita hanyalah manusia, Wajar jika tak sempurna. Saat kau merasa gundah, Lihat hatimu percayalah". Dan terakhir saya mau mengucapkan terimakasih untuk kamu, iya kamu, yang selalu memaksa dan menyemangati saya untuk berolahraga demi berat badan ideal. Wkwkwk. Lanjuttt.

foto dengan berat badan yang sekarang | dokpri
foto dengan berat badan yang sekarang | dokpri

Happy Saturday

*)Ronald Anthony  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun