Makin kesini saya merasa semakin tua, kemana-mana tidak dipanggil bang atau koh, sekarang seringnya dipanggil bapak. Meskipun, secara usia saya belum dapat dikatakan tua. Masih belum lebih dari 25 tahun lah.Â
Tetapi, sekarang semakin sering ke suatu tempat maka penggunaan kata bapak sering dipakai ketika menyebut atau memanggil saya. Kadang rasanya saya berpikir apa muka saya yang tampak tua ya sehingga sering dipanggil bapak ketimbang koh?. Padahal, saya sudah rajin melakukan perawatan muka, apa yang salah ya? Wkwkwk.
Menyambung dengan itu ketua-an diatas, sekarang dengan pekerjaan yang saya geluti otomatis juga banyak bertemu dengan orang-orang yang lebih tua dan senior daripada saya, selain memang dari sisi positifnya dengan pekerjaan saya sekarang, banyak bertemu anak-anak muda. Rasanya fresh dan semangat muda semakin menggelora ketika bertemu mereka.Â
Walaupun, kalau diperhatikan dengan seksama jarak umur kami tidaklah berbeda namun pasti ada perbedaan secara signifikan entah itu budaya dan sebagai macamnya. Contoh sederhana saja, pernah dalam suatu waktu di dalam kelas ketika kuliah berlangsung dan kemudian ada mahasiswa yang menyebut kata "Baget".Â
Saya yang tak paham, setengah mati saya memikirkan apa maksud kata Baget, dan ketika otak sudah buntu, akhirnya mereka memberitahu bahwa baget adalah kepanjangan dari "Batu Banget" untuk menunjukkan orang yang keras kepala.Â
Hari itu benar-benar rasanya menjadi hari kebalikan bagi saya, dimana Mahasiswa mengajar saya dalam kelas untuk materi kosakata anak jaman now. Tentu, saya tidak menutup diri untuk hal-hal yang baru seperti ini.
Perubahan-perubahan yang terjadi makin hari makin terasa, termasuk dalam gaya basa-basi orang Indonesia, saya tidak tahu apakah anda juga merasakan hal yang sama, sebagai contoh entah dalam beberapa pertemuan keluarga atau pertemuan lainnya, ada beberapa pertanyaan yang selalu ditanya misalnya "eh, mana calonnya?" atau dalam bahasa tiociunya "tok tiko le ceng?" atau "ho u ceng low!" atau kalau diartikan mana pasanganmu atau kamu boleh punya pacar lho. Wkwkwkwk.Â
Terkadang, saya merasa basa-basi orang Indonesia agak kurang keren, kalau tidak berkisar soal kerja dimana, soal pasangan, sudah punya anak berapa, bobot tubuh, sudah makan belum dan sebagainya.Â
Terkadang ketika mendengar basa-basi tersebut bikin kita sebagai yang ditanyai benar-benar merasa basi atau sedikit malas menjawab. Kalau saya pribadi sih biasa saja selama pertanyaan tidak menganggu hidup saya ya sudah, ya ditanya saja. Wkwkwk.Â
Namun, tidak jarang jika saya ditanyakan seperti itu  saya sih selalu menjawab dengan diplomatis "ada kok pacarnya cuma memang pemalu anaknya, dan tidak mau diumbar-umbar".Â
Meskipun sering ditanyakan kepada saya, hal itu tak luput saya tanyakan kepada mahasiswa. Biasanya ada dua pertanyaan yang saya ajukan yang pertama, siapa yang disini sedang bekerja atau magang sambil kuliah? rata-rata hampir semua mengangkat tangan.Â
Nah, setelah itu saya tanyakan lagi, siapa yang sudah pernah atau sedang pacaran? untuk pertanyaan kedua tidak terlalu banyak yang mengangkat jarinya tapi banyak yang tertawa.Â
Jika saya tanya hal seperti itu pasti banyak mahasiswa/mahasiswi yang sambil tertawa bertanya "untuk apa sih sir tanya hal begitu?". Menurut saya kedua petanyaan itu penting untuk ditanyakan di awal. Lebih penting dibanding saya tanya ipk anda berapa?
sebetulnya saya pribadi senang banyak mahasiswa/mahasiswi saya yang memang kuliah sambil bekerja. Karena artinya ilmu atau teori yang didapatkan di kampus dapat diaplikasikan dalam pekerjaan mereka.Â
Namun, kalau melihat jumlah pertanyaan kedua saya agak sedih karena ilmu dan teori baik dalam berkomunikasi yang sudah diajarkan di kampus ternyata tidak terlalu berefek pada soal hubungan pacaran.Â
Padahal, menurut hemat saya banyak kolaborasi antara teori dan praktek ketika anda bekerja bisa dikolaborasikan untuk mendapatkan pasangan hidup. Misalnya, ketika anda menghadapi konsumen anda, maka bisa dilihat gerak-geriknya dalam perilaku konsumen.Â
Selain itu, bisa juga dipelajari gaya bicara ke konsumen, dan bisa juga strategi dalam mendapatkan konsumen yang bisa anda gunakan untuk mendapatkan pasangan.Â
Apalagi, ketika di bangku kuliah dalam ilmu manajemen atau praktek kerja biasa dikenal cara menentukan target konsumen, strategi-strategi dalam memasarkan produk beserta cara dalam mengeksekusi agar goal konsumen yang diiinginkan dapat tercapai. Coba lihat, hal tersebut dapat anda terapkan ketika mencari pacar bukan?.Â
Apalagi bukan tidak mungkin konsumen yang bertransaksi atau diprospek oleh anda bisa jadi kelak menjadi pacar anda(tidak salah dong, kan banyak konsumen juga yang cantik dan ganteng, selain prospek produk boleh juga prospek hati dong!. Wkwkwk).Â
Tapi, kalau seandainya dalam proses tersebut gagal jangan pernah berkecil hati lalu bunuh diri. Mari kita ibaratkan pacar seperti konsumen. Kalau konsumen tidak jadi membeli atau kabur ke tempat lain, berarti kita harus cari konsumen yang lain juga dong dengan target market serta strategi eksekusi yang berbeda pula, kan namanya juga usaha.Â
Apapun itu, ketika bekerja dan kuliah sambil pacaran tampaknya sangat bermanfaat juga bagi anda. Saya sering menemukan yang pacaran sambil kuliah ternyata sangat semangat dan berpengaruh pada ipk-nya. Namun, kalau ternyata sebaliknya berarti bisa jadi ada yang salah dalam pola hubungan anda. Pilihannya pertahankan atau ganti baru.Â
Eh, tapi jangan lupa ya! dalam dunia ini, konsep penjual dan pembeli akan selalu ada termasuk dalam memadu kasih, di satu sisi ada yang membuat penawaran dan akan ada satu pihak lainnya yang menerima penawaran itu.Â
Jadi, dalam pdkt itu, mau dia cowok dan cewek sekalipun ada satu pihak yang menjadi penjual dan satu yang menjadi pembeli. Prinsip penjual dan pembeli sudah tegas lo ya, penjual boleh melakukan berbagai cara seperti memberikan diskon, kasih gratis, promo dan sebagainya untuk bisa memenangkan hati si pembeli.Â
Namun, juga sebaliknya pembeli juga boleh untuk pergi, melihat-lihat, nggak nanggepin penjual sama sekali, atau bisa jadi nggak kasih si penjual kesempatan untuk mempromosikan barangnya.Â
Yang perlu anda ingat, diakhir konsep ini sebagai penjual tidak boleh marah ketika produknya tidak dibeli, dan si pembeli juga tidak boleh menyesal sudah beli barangnya.
Iya sudahlah, saya tidak mau menjadi orang sok bijak menasihati anda. Wong saya saja bukan ahlinya, dan perlu saya sampaikan bahwa saya juga tidak dalam posisi galau ya, All is Well and on the right track bro!, saya hanya menyampaikan pandangan supaya anda ketika kuliah dapat lebih serius lagi.Â
Barangkali ilmunya bisa anda terapkan dalam mencari pacar. Kalau yang sekarang sambil bekerja, selamat berarti anda sudah selangkah di depan, tinggal sikat dan praktekkan ilmu yang anda dapatkan saja ketika praktek untuk mencari pacar. Semoga sukses ya dan kalau jadi, jangan lupa undang saya dan pajak jadiannya. Wkwkwkwk.
Salam Berfaedah
*)Ronald Anthony
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H